BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan
kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin
pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional
dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan
bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan
pendidikan. Dengan keprofesionalan kepala sekolah ini pengembangan
profesionalisme tenaga kependidikan mudah dilakukan karena sesuai dengan
fungsinya
B.
Rumusan Masalah
1. Jelaskan
Pengertian Kepemimpinan dalam Pendidikan ?
2. Uraikan
Tipe-tipe Kepemimpinan ?
3. Jelaskan
cara kepemimpinan seorang Kepala Sekolah ?
4. Bagaimana
Peran Kepala Sekolah dalam mewujudkan Mutu Pendidikan ?
C.
Tujuan dan Manfaat
1. Dapat
Mengetahui Arti Kepemimpinan dalam
Pendidikan
2. Dapat
menguraikan Tipe-tipe Kepemimpinan
3. Dapat
Mengetahui cara kepemimpinan seorang Kepala Sekolah
4. Dapat
Mengetahui Peran Kepala Sekolah dalam mewujudkan Mutu Pendidikan
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan
merupakan salah satu bagian dari manajemen (Nasution,
2005: 200). Lebih lanjut, Siagian
(2002: 62), mengemukakan bahwa kepemimpinan memainkan peranan yang dominan,
krusial, dan kritikal dalam keseluruhan upaya untuk meningkatkan produktivitas
kerja, baik pada tingkat individual, pada tingkat kelompok, dan pada tingkat
organisasi.
Secara
bahasa, makna kepemimpinan itu adalah kekuatan atau kualitas seseorang pemimpin
dalam mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Seperti halnya
manajemen, kepemimpinan atau leadership telah didefinisikan oleh banyak para
ahli antaranya adalah Stoner
mengemukakan bahwa kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu
proses mengarahkan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok
anggota yang salain berhubungan dengan tugasnya.
Menurut Handoko (1999:295), ada
beberapa pendekatan kepemimpinan yang diklasifikasikan sebagai
pendekatan-pendekatan kesifatan, perilaku, dan situasional, yaitu:
- Pendekatan pertama memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat yang tampak. Pendekatan kedua bermaksud mengidentifikasikan perilaku-perilaku (behaviours) pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan yang efektif.
- Pendekatan kedua pendekatan ini mempunyai anggapan bahwa seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku-perilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpin dalam situasii kelompok apapun dimana ia berada.
Pendekatan
ketiga yaitu pandangan situasional tentang kepemimpinan. Pandangan ini
menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektifitas kepempimpinan bervariasi
dengan situasi yakni tugas-tugas yang dilakukan, keterampilan dan pengharapan
bawahan, lingkungan organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan dan
sebagainya. Pandangan ini telah menimbulkan pendekatan contingency pada
kepemimpinan yang bermaksud untuk menetapkan faktor-faktor situasional yang
menentukan seberapa besar efektifitas situasi gaya kepemimpinan tertentu.
B.
TIPE – TIPE KEPEMIMPINAN
Menurut Kurt
Lewin yang dikutip oleh Maman Ukas mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan
menjadi tiga bagian, yaitu :
1.
Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja
kerang, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang
berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
2.
Demokratis, pemimpin yang demokratis
menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan
kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar
setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan,
penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi
yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.
3.
Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian,
segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya
pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak
terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua
pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya,
sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para
bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.
C.
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
(Xaviery, 2004. ”Benarkah Wajah Sekolah Ada pada
Kepala Sekolah”. www.diknas.go.id ).
Kepala
sekolah memiliki peran yang sangat besar. Kepala Sekolah merupakan motor
penggerak, penentu arah kebijakan menuju sekolah dan pendidikan secara
luas. Sebagai pengelola institusi satuan pendidikan, kepala sekolah dituntut
untuk selalu meningkatkan efektifitas kinerjanya. Untuk mencapai mutu sekolah
yang efektif, kepala sekolah dan seluruh stakeholders harus bahu membahu
kerjasama dengan penuh kekompakan dalam segala hal.
Selain itu
berlandaskan teori Maslow, kepala
sekolah juga disentil dengan persepsi bahwa guru dan siswa berkemungkinan
memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda-beda. Yang pasti mereka akan
mengejar kebutuhan yang lebih tinggi yakni interaksi, afiliasi sosial,
aktualisasi diri dan kesempatan berkembang. Oleh karena itu, mereka bersedia
menerima tantangan dan bekerja lebih keras.
Kepala
sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui
tugas-tugas yang harus ia laksankan. Adapun tugas-tugas dari kepala sekolah
seperti yang dikemukakan Wahjosumidjo
(2002:97) adalah:
v Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain.
- Kepala sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di leingkungan sekolah.
- Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan. Kepala sekola bertindak dan bertanggungjawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para guru, siswa, staf, dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab kepala sekolah
- Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan.Dengan segala keterbatasan, seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas secara cepat serta dapat memprioritaskan bila terjadi konflik antara kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah.
- Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional. Kepala sekolah harus dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang feasible. Serta harus dapat melihatsetiap tugas sebagai satu keseluruhan yang saling berkaitan.
- Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah. Dalam lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa menimbulkan konflik untuk itu kepala sekolah harus jadi penengah dalam konflik tersebut.
- Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan kesepakatan (compromise).
Peran politis kepala sekolah dapat
berkembang secara efektif, apabila: (1) dapat dikembangkan prinsip jaringan
saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, (2) terbentuknya aliasi
atau koalisi, seperti organisasi profesi, OSIS, BP3, dan sebagainya; (3)
terciptanya kerjasama (cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam
aktivitas dapat dilaksanakan.
- Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai macam pertemuan kepala sekolah adalah wakil resmi sekolah yang dipimpinnya.
- Kepala sekolah mengambil keputusan-keputusan sulit. Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa problem. Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari persoalan dn kesulitan-kesulitan. Dan apabila terjadi kesulitan-kesulitan kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut.
Dalam
menjalankan kepemimpinannya, selain harus tahu dan paham tugasnya sebagai
pemimpin, yang tak kalah penting dari itu semua seyogyanya kepala sekolah
memahami dan mengatahui perannya.
Adapun peran-peran kepala sekolah yang
menjalankan peranannya sebagai manajer seperti yang diungkapkan oleh Wahjosumidjo (2002:90) adalah:
(a)Peranan hubungan antar perseorangan; (b) Peranan informasional; (c) Sebagai
pengambil keputusan.
Dari tiga peranan kepala sekolah sebagai manajer
tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Peranan hubungan antar perseorangan
- Figurehead, figurehead berarti lambang dengan pengertian sebagai kepala sekolah sebagai lambang sekolah.
- Kepemimpinan (Leadership). Kepala sekolah adalah pemimpin untuk menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah sehingga dapat melahirkan etos kerja dan peoduktivitas yang tinggi untuk mencapai tujuan.
b. Peranan informasional
- Penghubung (liasion). Kepala sekolah menjadi penghubung antara kepentingan kepala sekolah dengan kepentingan lingkungan di luar sekolah. Sedangkan secara internal kepala sekolah menjadi perantara antara guru, staf dan siswa.
c. Sebagai pengambil keputusan
- Sebagai monitor. Kepala sekolah selalu mengadakan pengamatan terhadap lingkungan karena kemungkinan adanya informasi-informasi yang berpengaruh terhadap sekolah.
- Sebagai disseminator. Kepala sekolah bertanggungjawab untuk menyebarluaskan dan memabagi-bagi informasi kepada para guru, staf, dan orang tua murid.
- Spokesman. Kepala sekolah menyabarkan informasi kepada lingkungan di luar yang dianggap perlu.
- Enterpreneur. Kepala sekolah selalu berusaha memperbaiki penampilan sekolah melalui berbagai macam pemikiran program-program yang baru serta malakukan survey untuk mempelajari berbagai persoalan yang timbul di lingkungan sekolah.
- Orang yang memperhatikan ganguan (Disturbance handler). Kepala sekolah harus mampu mengantisipasi gangguan yang timbul dengan memperhatikan situasi dan ketepatan keputusan yang diambil.
- Orang yang menyediakan segala sumber (A Resource Allocater). Kepala sekolah bertanggungjawab untuk menentukan dan meneliti siapa yang akan memperoleh atau menerima sumber-sumber yang disediakan dan dibagikan.
- A negotiator roles. Kepala sekolah harus mampu untuk mengadakan pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar dalam memnuhi kebutuhan sekolah
D.
PERANAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN
Secara garis
besar, ruang lingkup tugas kepala sekolah dapat diklasifikasikan ke dalam dua
aspek pokok, yaitu pekerjaan di bidang administrasi sekolah dan pekerjaan yang
berkenaan dengan pembinaan profesional kependidikan. Untuk melaksanakan tugas
tersebut dengan sebaik – baiknya, ada tiga jenis ketrampilan pokok yang harus
dimiliki oleh kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu ketrampilan
teknis ( technical skill ), ketrampilan berkomunikasi ( human
relations skill ) dan ketrampilan konseptual ( conceptual skill ).
Menurut
persepsi banyak guru, keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah terutama
dilandasi oleh kemampuannya dalam memimpin. Kunci bagi kelancaran kerja kepala
sekolah terletak pada stabilitas dan emosi dan rasa percaya diri. Hal ini
merupakan landasan psikologis untuk memperlakukan stafnya secara adil,
memberikan keteladanan dalam bersikap, bertingkah laku dan melaksanakan tugas.
Dalam konteks ini, kepala sekolah
dituntut untuk menampilkan kemampuannya membina kerja sama dengan seluruh
personel dalam iklim kerja terbuka yang bersifat kemitraan, serta meningkatkan
partisipasi aktif dari orang tua murid. Dengan demikian, kepala sekolah bisa
mendapatkan dukungan penuh setiap program kerjanya.
Keterlibatan kepala sekolah dalam
proses pembelajaran siswa lebih banyak dilakukan secara tidak langsung, yaitu
melalui pembinaan terhadap para guru dan upaya penyediaan sarana belajar
Dalam bidang pendidikan, yang
dimaksud dengan mutu memiliki pengertian sesuai dengan makna yang terkandung
dalam siklus pembelajaran. Secara ringkas dapat disebutkan beberapa kata kunci
pengertian mutu, yaitu: sesuai standar (fitness to standard), sesuai
penggunaan pasar/pelanggan (fitness to use), sesuai perkembangan
kebutuhan (fitness to latent requirements), dan sesuai lingkungan global
(fitness to global environmental requirements).Adapun yang dimaksud mutu
sesuai dengan standar, yaitu jika salah satu aspek dalam pengelolaan pendidikan
itu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Garvin
seperti dikutip Gaspersz mendefinisikan delapan dimensi yang dapat digunakan
untuk menganalisis karakteristik suatu mutu, yaitu: (1) kinerja (performance),
(2) feature, (3) kehandalan (reliability), (4) konfirmasi (conformance),
(5) durability, (6) kompetensi pelayanan (servitability), (7)
estetika (aestetics), dan (8) kualitas yang dipersepsikan pelanggan yang
bersifat subjektif.
Dalam pandangan masyarakat umum
sering dijumpai bahwa mutu sekolah atau keunggulan sekolah dapat dilihat dari
ukuran fisik sekolah, seperti gedung dan jumlah ekstra kurikuler yang
disediakan. Ada pula masyarakat yang berpendapat bahwa kualitas sekolah dapat
dilihat dari jumlah lulusan sekolah tersebut yang diterima di jenjang
pendidikan selanjutnya.
Untuk dapat memahami kualitas
pendidikan formal di sekolah, perlu kiranya melihat pendidikan formal di
sekolah sebagai suatu sistem. Selanjutnya mutu sistem tergantung pada mutu
komponen yang membentuk sistem, serta proses yang berlangsung hingga membuahkan
hasil.
Dalam pelaksanaan manajemen
peningkatan mutu, Kepala sekolah harus senantiasa memahami sekolah
sebagai suatu sistem organic. Untuk itu kepala sekolah harus lebih berperan
sebagai pemimpin dibandingkan sebagai manager. Sebagai leader maka kepala
sekolah harus :
(Boediono,1998).
- Lebih banyak mengarahkan daripada mendorong atau memaksa
- Lebih bersandar pada kerjasama dalam menjalankan tugas dibandingkan bersandar pada kekuasaan atau SK.
- Senantiasa menanamkan kepercayaan pada diri guru dan staf administrasi. Bukannya menciptakan rasa takut.
- Senantiasa menunjukkan bagaimana cara melakukan sesuatu daripada menunjukkan bahwa ia tahu sesuatu.
- Senantiasa mengembangkan suasana antusias bukannya mengembangkan suasana yang menjemukan
- Senantiasa memperbaiki kesalahan yang ada daripada menyalahkan kesalahan pada seseorang, bekerja dengan penuh ketangguhan bukannya ogah-ogahan karena serba kekurangan
Menurut
Poernomosidi Hadjisarosa (1997 dalam slamet, PH, 2000), kepala
sekolah merupakan salah satu sumberdaya sekolah yang disebut sumberdaya manusia
jenis manajer (SDM-M) yang memiliki tugas dan fungsi mengkoordinasikan dan
menyerasikan sumberdaya manusia jenis pelaksana (SDM-P) melalui sejumlah input
manajemen agar SDM-P menggunakan jasanya untuk bercampur tangan dengan
sumberdaya selebihnya (SD-slbh), sehingga proses belajar mengajar dapat
berlangsung dengan baik untuk menghasilkan output yang diharapkan.
Secara umum, karakteristik kepala
sekolah tangguh dapat dituliskan sebagai berikut :
(Slamet,
PH,2000)
a) Memiliki
wawasan jauh kedepan (visi) dan tahu tindakan apa yang harus dilakukan (misi)
serta paham benar tentang cara yang akan ditempuh (strategi)
b) Memiliki
kemampuan mengkoordinasikan dan menyerasikan seluruh sumberdaya terbatas yang
ada untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan sekolah (yang umumnya
tak terbatas)
c) Memiliki
kemampuan mengambil keputusan dengan terampil (cepat, tepat, cekat, dan akurat)
d) Memiliki
kemampuan memobilisasi sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan dan yang mampu
menggugah pengikutnya untuk melakukan hal-hal penting bagi tujuan sekolahnya;
e) Memiliki
toleransi terhadap perbedaan pada setiap orang dan tidak mencari orang-orang
yang mirip dengannya, akan tetapi sama sekali tidak toleran terhadap
orang-orang yang meremehkan kualitas, prestasi, standar, dan nilai-nilai;
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
kepemimpinan memainkan peranan yang dominan, krusial,
dan kritikal dalam keseluruhan upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja,
baik pada tingkat individual, pada tingkat kelompok, dan pada tingkat
organisasi.
2.
Ada tiga Tipe Kepemimipinan Yaitu Tipe Otokratis,Tipe
Demokratis dan Tipe Laissezfaire
3.
Adapun peran-peran kepala sekolah yang menjalankan
peranannya sebagai manajer seperti yang diungkapkan oleh Wahjosumidjo (2002:90) adalah: (a)Peranan hubungan antar
perseorangan; (b) Peranan informasional; (c) Sebagai pengambil keputusan.
B.
Saran
Dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu, Kepala sekolah harus
senantiasa memahami sekolah sebagai suatu sistem organisasi Untuk itu kepala sekolah harus lebih berperan
sebagai pemimpin yang bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Anonim, 2000. Panduan Manajemen Sekolah, Depdiknas,
Dikmenum,hand out pelatihan calon kepala sekolah, Direktorat Sekolah lanjutan
Pertama, 2000.
Anonim,
2000. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan/Kultur Sekolah, Depdiknas,
Slamet, PH.
2000. Karakteristik Kepala Sekolah Yang Tangguh, Jurnal Pendidikan, Jilid 3,
No. 5 (online) (http://www.ut.ac.id diakses 20 Januari 2001).
Sudarsono.
2007. Manajemen Kepala Sekolah Dalam Pelayanan Publik.diakses Tanggal 23
November 2012.