RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SD/MI
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Semester : III/2
Materi Pembelajaran : Kearifan Lokal
Alokasi Waktu
: 2 X 35 Menit
____________________________________________________________________________
I. Standar Kompetensi :
4. Memiliki
kebanggaan sebagai bangsa Indonesia
II.
Kompetensi Dasar :
4.1
Mengenal kekhasan bangsa Indonesia, seperti kebhinekaan, kekayaan alam,
keramahtamahan
III. Indikator
A.
Kognitif
1.
Produk :
Menyebutkan beberapa Suku yang ada di Makassar.
2.
Proses : Menyebutkan Ciri Khas
Daerah Soppeng.
B. Psikomotor :
1. Menceritakan Sejarah kelahiran Kota Soppeng dengan bahasa yang mudah
dipahami
2. Menampilkan Video tentang Ciri Khas Daerah Soppeng
(Makanan,Bentuk
Rumah,Tempat Permandian atau Tempat Rekreasi di daerah setempat)
C.
Afektif
1. Karakter
a.
Disiplin
b. Tanggung jawab
2. Keterampilan
sosial:
a.
Menyumbangkan ide
atau berpendapat,
b.
Menjadi pendengar yang baik,
c.
Berkomunikasi
IV. Tujuan Pembelajaran:
A. Kognitif
1.
Produk : Siswa mampu
menyebutkan beberapa Suku yang ada di Makassar.
2.
Proses
: Siswa mampu Menyebutkan Ciri Khas Daerah Soppeng.
B.
Psikomotor :
1.
Siswa mampu Menceritakan Sejarah
kelahiran Kota Soppeng dengan bahasa yang mudah dipahami.
2.
Siswa mampu Menampilkan Video tentang Ciri Khas Daerah Soppeng
(Makanan,Bentuk Rumah,Tempat Permandian atau Tempat
Rekreasi di daerah setempat)
C. Afektif
1. Karakter:
a. Disiplin
b. Tanggung jawab,
2. Keterampilan sosial:
a.
Menyumbangkan ide atau berpendapat,
b.
Menjadi pendengar yang baik,
c.
Berkomunikasi.
V. Materi Ajar:
Kearifan Lokal
SEJARAH KABUPATEN SOPPENG
I. PENDAHULUAN
Pengungkapan hari jadi Soppeng sangat besar
arti dan maknanya, baik bagi generasi saat ini maupun generasi mendatang,
sehingga mereka dapat memahami dan mengetahui kejayaan masyarakat Soppeng pada
masa lalu, sebagai acuan dalam membangun masa depan yang lebih baik.
II. ASAL MULA NAMA SOPPENG
Asal mula nama Soppeng para pakar dan
budayawan belum ada kesepakatan bahwa dalam sastra bugis tertua I LAGALIGO
telah tertulis nama kerajaan Soppeng yang berbunyi :
“ IYYANAE SURE PUADA ADAENGNGI TANAE RI SOPPENG, NAWALAINNA SEWO-GATTARRENG,
NONI MABBANUA TAUWE RI SOPPENG, NAIYYA TAU SEWOE IYANARO RI YASENG TAU
SOPPENG RIAJA, IYYA TAU GATTARENGNGE IYANARO
RIASENG TAU SOPPENG RILAU.
RIASENG TAU SOPPENG RILAU.
Berdasarkan naskah lontara tersebut diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk tanah Soppeng mulanya datang dari
dua tempat yaitu sewo dan Gattareng.
III.
PENGANGKATAN DATU PERTAMA KERAJAAN SOPPENG
Didalam lontara tertulis bahwa jauh sebelum
terbentuknya Kerajaan Soppeng telah ada kekuasaan yang mengatur jalannya
Pemerintahan yang berdasarkan kesepakatan 60 Pemuka Masyarakat, hal ini dilihat
dari jumlah Arung, Sullewatang, Paddanreng, dan Pabbicara yang mempunyai daerah
kekuasaan sendiri yang dikoordini olih LILI-LILI. Namun suatu waktu terjadi
suatu musim kemarau disana sini timbul huru-hara, kekacauan sehingga kemiskinan
dan kemelaratan terjadi dimana-mana olehnya itu 60 Pemuka Masyarakat bersepakat
untuk mengangkat seorang junjungan yang dapat mengatasi semua masalah tersebut.
Tampil Arung Bila mengambil inisiatif mengadakan musyawarah besar yang dihadiri
30 orang matoa dari Soppeng Riaja dan 30 orang Matoa dari Soppeng Rilau,
sementara musyawarah berlangsung, seekor burung kakak tua terbang mengganggu
diantara para hadirin dan Arung Bila memerintahkan untuk menghalau burung
tersebut dan mengikuti kemana mereka terbang. Burung Kakak Tua tersebut
akhirnya sampai di Sekkanyili dan ditempat inilah ditemukan seorang berpakaian
indah sementara duduk diatas batu, yang bergelar Manurungnge Ri Sekkanyili atau
LATEMMAMALA sebagai pemimpin yang diikuti dengan IKRAR, ikrar tersebut terjadi
antara LATEMMAMALA dengan rakyat Soppeng.
Demikianlah komitmen yang lahir antara
Latemmamala dengan rakyat Soppeng, dan saat itulah Latemmamala menerima
pengangkatan dengan Gelar DATU SOPPENG, sekaligus sebagai awal terbentuknya
Kerajaan Soppeng, dengan mengangkat Sumpah di atas Batu yang di beri nama “
LAMUNG PATUE” sambil memegang segenggam padi dengan mengucapkan kalimat yang
artinya “isi padi tak akan masuk melalui kerongkongan saya bila berlaku curang
dalam melakukan Pemerintahan selaku Datu Soppeng ”.
IV. PERUMUSAN HARI JADI SOPPENG
Soppeng yang memiliki sejarah cemerlang dimasa
lalu, dengan memperhatikan berbagai masukan agar penempatan Hari Jadi
Soppeng, diadakan seminar karena kurang tepat bila dihitung dari saat
dimulainya Pelaksanaan Undang-undang Darurat Nomor 04 Tahun 1957, sebab
jauh sebelumnya didalam lontara, Soppeng telah mengenal sistem Pemerintahan
yang Demokrasi dibawah kepemimpinan Raja dan Datu. Maka dilaksanakanlah Seminar
Sehari pada Tanggal 11 Maret 2000, yang dihadiri oleh para pakar,
Budayawan, Seniman, Ahli Sejarah, Tokoh Masyarakat, AlimUlama, Generasi Muda
dan LSM, dimana disepakati bahwa hari Jadi Soppeng dimulai sejak
Pemerintahan TO MANURUNGNGE RI SEKKANYILI atau LATEMMAMALA tahun 1261, berdasarkan
perhitungan dengan menggunakan BACKWARD CONTING, dan mengusulkan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Soppeng untuk dibahas dalam Rapat Paripurna
dan mengesahkan untuk dijadikan salam suatu Peraturab Daerah tentang Hari Jadi
Soppeng.
V. PENETAPAN HARI JADI SOPPENG
Dari hasil rapat Paripurna Dewan perwakilan
Rakyat Daerah kabupaten Soppeng, Tanggal 12 Maret 2001 telah menetapkan dan
mengesahkan suatu Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng, Nomor 09 Tahun 2001,
Tanggal 12 Maret 2001, bahwa Hari Jadi Soppeng Jatuh pada Tanggal 23 Maret
1261. Ringkasan arti dari pemakaian Hari jadi Soppeng yakni angka 2 dan angka
3, karena angka tersebut mempunyai makna sejarah dan filosofi sebagai berikut :
1. Angka 2 menunjukkan :
a.
Dua ke Datuan yakni Soppeng Rilau dan Soppeng Riaja.
b.
Dua Tomanurung yaitu : TOMANURUNG RI SEKKANYILI DAN TO MANURUNG RI
GORIE.
c.
Dua Cakkelle/Burung Kakaktua yang memperebutkan setangkai padi,
yang merupakan petunjuk para matoa yangbermusyawarah mengatasi krisi kelaparan,
akhirnya menemukan Tomanurungnge RI SEKKANYILI
d.
Dua Pegangan hidup yaitu kejujuran dan keadilan.
e.
Dua hal yang tidak bisa dihindari yaitu nasib dan takdir.
f.
Dua tanranna namaraja tanaE
-
Seorang pemimpin harus jujur dan pintar
2. Angka 3 menunjukkan :
a.
adanya perjanjian 3 kerajaan yaitu : Bone, Soppeng dan Wajo yang
dikenal dengan Tellu PoccoE.
b.
Taring Tellu Menunjukkan tempat bertumpu yang sangat kuat dan
stabil.
c.
TELLU RIALA SAPPO, yaitu TAUE RIDEWATAE, TAUE RI WATAKKALE, TAUE
RI PADATTA RUPA TAU.
d.
TELLU EWANGENNA LEMPUE,
yaitu kejujuran, kebenaran dan keteguhan.
3. Angka Dua Tellu bermakna :
a.
Dua Tellu bermakna antara lain murah reski.
b.
Dua temmasarang, artinya Allah dan hambanya tidak pernah berpisah
c.
Tellu temmalaiseng, artinya Allah Malaikat dan hamba selalu
bersama-sama.
d.
Tellu Dua Macciranreng, Tellu- Tellu Tea Pettu bermakna berpintal
dua sangat rapu, berpintal tiga tidak akan putus.
e.
Mattulu Parajo Dua Siranreng teppettu sirangreng.
Marutte Parajo, Mattulu Tellu Tempettu
Silariang, bermakna tidak saling membohongi, nanti akan putus jika putus
bersama.
4.
Dipilihnya bulan tiga atau
maret Karena :
a. Bulan Terbentuknya Kabupaten
Soppeng
b. Bulan Pelaksanaan Seminar hari
Jadi Soppeng.
c. selain itu angka dua atau tiga
juga bermakna :
-
jika angka 2 + 3 = 5 yang berarti :
ü
makna kata dalam huruf karawi lambing Daerah yaitu ADE, RAPANG,
WARI, BICARA,SARA
ü
Rukun Islam
jika angka 2 X 3 = 6 yang
bermakna : Rukun Islam
ü
Pancasila
5.
Dipilihnya tahun 1261 adalah menggunakan BACKWARD
COUNTING, yaitu pemerintahan Datu Soppeng pertama TAU MANURUNGNGE RI
SEKKANYILI atau LATEMMAMALA pada tahun 1261. sehingga dengan demikian hari jadi
Soppeng
ditetapkan pada tanggal 23 Maret 1261.
ditetapkan pada tanggal 23 Maret 1261.
A.
SEJARAH
SOPPENG.
Kota soppeng adalah provinsi sulawesi selatan letak kabupaten
soppeng di daerah sunai walanae yang terdiri dari daratan dan perbukitan.kota
soppeng adalah kota kecil pernah terdapat dalam buku lontara tentang raja-raja
yang memerintah sampai berakhir nya daerah swapraja.sudah ada yang memimpin
daerah kekuasaan tersebut ,dulu pemerintahan di daerah soppeng berbentuk
demokrasi karena atas keputusan warga di daerah soppeng,namun waktu dulu daerah
soppeng merupakan daerah kerajaan-kerajaan kecil.setelah kerajaan soppeng
terbentuk kemudian di sebut distrikvdi zaman pemerintahan belanda.
B.
MAKNA LOGO
SOPPENG
Dalam pembentukan pemerintahan pertama burung kakatua di gambarkan sebagai pembawa berita atau pembawa keberuntungan sehingga di temukan raja pertama kabupaten daerah soppeng dari dahuluadalah daerah agraris menyebabkan rakyat di daerah soppeng makmur dan dapat mengekspor bahan pangan seperti beras,jagung,kedelai begitu pun tanaman-tanaman seperti tembakau dan bawang.
Ø ”karawi”
adalah hiasan yang di gantungdi dadanya biasa di berikan ukir-ukiran berupa
azimat.
Ø lukisan dari
tengah krawi merupakan bergambar bunga yang bertajuk lima,melambangkan azimat
kabupaten soppeng.lukisan pinggi krawi merupakan kata bahasa daerah yang diam
bil dari kalimat berbunyi: Eppamua parajai Tanah,Iyami Naripagenne Lima
Rirapimami Asellenge Naritambaina Koritu Sara.
Ø Ade:
maknanya keselarasan guna kebaikan umum
Ø Rappang:maknanya
hukum
Ø Bicara:
maknanya mufakat kepada yang bernilai tinggi atau peradilan
Ø Wari
:maknanya pembatasan untuk ketegasan batas-batas dan kedudukan tiap sesuatu
Ø Sara :
maknanya hukum agama
C.
MAKNA
SEMBOYANG SOPPENG
Semboyang
ini berasal dari kalimat masyarakat kepada pucuk kepemimpinan pemerintahan di
kala pembentukan nya.di daerah soppeng di kenal sebagai daerah kelelawar. Dulu
waktu tahun 1945 di daerah soppeng ini masih berbentuk kearajaan dan di daerah
soppeng tersubut belum ada kelelawar,yg ada Cuma burung kakatua kepala
kuning.di daerah tersebut sangat banyak lah burung kakatua dan konon burung
kakatua tersebut pembawa keberuntungan,konon setiap burung kakatua melintasi
daerah kota soppeng mereka akan menjatuhkan benih-benih padi.maka di sebut lah
kota soppeng sebagai lumbung padi,berkat burung kakatua tersebut maka lambang
dari daerah soppeng tersebut adalah lambang burung kakatua.jadi sebab itu maka
kota soppeng di sebut sebagai kota makmur.
D.
SELAYANG PANDANG KOTA SOPPENG.
Watan Soppeng adalah salah satu
kota kabupaten tercantik di Provinsi Sulawesi Selatan. Suasana di dalam kota
tampak teduh, karena hampir semua ruas jalan dipenuhi oleh pohon asam dan
jenis pohon lainnya yang berjejer di sisi kiri dan kanan jalan.
Kota kecil dan berhawa sejuk ini berada di pegunungan dengan ketinggian
200 meter di atas permukaan laut.
Menurut catatan sejarah,
sebagaimana tertulis dalam Lontara Bugis (tulisan kuno
orang Bugis), Kota Soppeng merupakan bekas kota kerajaan masa lampau yang
memiliki wilayah kekuasaan dan pengaruh yang cukup luas. Di kota ini
terdapat komplek Istana Raja (Datu) Soppeng yang dibangun oleh I
Latemmamala yang bergelar Petta Bakkae pada tahun 1261 M. Di dalam
komplek tersebut terdapat sejumlah bangunan, di antaranya: Bola RidiE (Rumah
Kuning), yaitu tempat penyimpanan benda-benda atribut Kerajaan Soppeng; SalassaE,
yaitu bekas Istana Datu Soppeng; dan Menhir Latammapole, yaitu tempat
melaksanakan hukuman bagi para pelanggar adat. Di kota ini juga terdapat
komplek makam Jera LompoE dan KalokoE Watu.
Di dalam komplek makam Jera
LompoE terdapat makam Raja-raja (Datu) Soppeng, Luwu dan Sidrap pada abad
XVII. Sementara di dalam komplek KalokoE Watu terdapat makam We
Tenri Sui, ibu kandung Arung Palakka.
E.
KEISTIMEWAAN
Kota Watan Soppeng memiliki
keunikan yang sangat mengagumkan, sehingga ia dijuluki sebagai “Kota Kalong”
atau “Kota Pekalongan” (bukan nama kota yang ada di Pulau Jawa).
Pengunjung jangan terkejut ketika memasuki jantung Kota Watan Soppeng, karena
akan mencium bau khas yang sangat menyengat hidung. Bau khas itu tidak
lain adalah bau kalong atau kelelawar. Bau kalong tersebut akan semakin
menyengat jika pengunjung berada tepat di bawah pohon tempat para kalong
tersebut bergelantungan.
Menjelang malam,
kalong-kalong tersebut terbang meninggalkan pepohonan untuk mencari
makan. Saat kalong-kalong yang jumlahnya ribuan tersebut terbang, langit
seakan tertutup oleh bayangan hitam. Kawanan kalong tersebut akan kembali
ke pepohonan pada subuh hari dengan suara gemuruh seakan membangunkan warga
Kota Soppeng untuk segera melaksanakan shalat subuh dan melakukan
aktivitas sehari-hari
Tidak seorang pun penduduk yang
tahu persis kapan tepatnya kalong-kalong tersebut mulai bersarang di atas
pepohonan yang berjejer di ruas-ruas jalan Kota Watan Soppeng. Masyarakat
hanya meyakini bahwa keberadaan kalong yang mirip tikus tersebut sudah
ada sejak ratusan tahun yang lalu. Lebih dari itu, mereka juga meyakini
bahwa kalong-kalong tersebut merupakan “penjaga” kota Watan
Soppeng. Bahkan, mereka sangat percaya bahwa kalong-kalong tersebut
menjadi pertanda dan pemberi informasi tentang sesuatu yang baik dan
buruk yang akan terjadi di kota ini.
Jika kalong-kalong tersebut pergi
meninggalkan Kota Watan Soppeng dalam waktu yang lama, maka itu sebagai
pertanda bahwa akan terjadi bencana yang menimpa masyarakat dan
kota tersebut.
Terbakarnya Pasar Sentral
Soppeng pada tahun 1990 diyakini oleh masyarakat setempat merupakan
akibat dari ditebangnya pohon besar yang menjadi tempat tinggal raja atau
pemimpin kalong tersebut. Sejak peristiwa itu, masyarakat setempat tidak
pernah lagi mengusik keberadaan satwa tersebut. Untuk mengembalikan
kawanan kalong tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. Kawanan kalong
tersebut baru akan kembali jika masyarakat setempat mengadakan upacara
khusus yang dirangkaikan dengan penyembelihan beberapa ekor kerbau.
Ada juga mitos yang berkembang
di kalangan masyarakat Soppeng bahwa jika seorang pengunjung terkena
kotoran kalong-kalong tersebut, maka ia akan mendapatkan gadis atau
pemuda Kota Watan Soppeng.
F.
LOKASI
Kota Watan Soppeng merupakan ibu
kota Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.
G.
AKSES
Kota Watan Soppeng terletak
150 kilometer di sebelah utara Kota Makassar. Dari Kota Makassar,
perjalanan ditempuh selama 4 – 5 jam dengan menggunakan kendaraan pribadi
maupun kendaraan umum berupa mobil panther atau kijang, dengan tarif sekitar
Rp. 40.000,-. Per-orang.
H.
Akomodasi dan Fasilitas
Di Kota Watan Soppeng
tersedia berbagai macam fasilitas, seperti warung makan, restoran,
penginapan, wiswa, motel, hotel, dan villa. Selain itu, juga terdapat
Masjid Raya Soppeng yang berdiri dengan megah dan indah tepat di jantung
kota, yang tak jauh dari pepohonan tempat kawanan kalong tersebut
bergelantungan
I.
SOPPENG DALAM SEJARAH
Wisma Juliana
|
|
|
Penataan
bangunan di kota ini seperti kontur tanahnya yang tak rata. Bisa jadi bangunan
di sebelah kanan jalan terletak lebih tinggi dari jalan sementara bangunan di
sebelah kiri jalan terletak lebih rendah. Tengok saja villa Juliana
(mess Tinggi) yang dibangun pada tahun 1905 ini letaknya lebih tinggi dari ruas
jalan Merdeka. Bangunan tua ini termasuk peninggalan bersejarah. Villa ini
dahulu digunakan sebagai kediaman resmi pemerintah kolonial.
Begitu pun
makam kuno Jera’ LompoE. Di sana terdapat makam para raja (datu)
Soppeng, Luwu, dan Sidrap pada abad XVII, mengunjunginya berarti bukan hanya
melihat makam-makam tua nan dingin tetapi juga menikmati hangatnya pemandangan
indah di sekitarnya.
Berdasarkan
catatan sejarah kuno dalam lontarak Bugis, kota ini dahulu adalah kota
kerajaan yang memiliki pengaruh luas. Di kota ini terdapat kompleks istana raja
(datu) Soppeng yang dibangun oleh I Latemmamala yang bergelar Petta
Bakkae pada tahun 1261 M.
Di dalam
komplek tersebut terdapat sejumlah bangunan, di antaranya: Bola
RidiE (Rumah Kuning), yaitu tempat penyimpanan
benda-benda atribut Kerajaan Soppeng, SalassaE, yaitu bekas
Istana Datu Soppeng; dan Menhir Latammapole, yaitu tempat
melaksanakan hukuman bagi para pelanggar adat. Selain Jera’ LompoE, ada pula
pemakaman KalokoE Watu, di sini terdapat makam We Tenri
Sui, ibu kandung Arung Palakka.
Satu hal
mengenai sejarah Soppeng yang membuat daerah ini menjadi sangat unik adalah
ditemukannya bukti-bukti sejarah berupa sejumlah bangunan dan situs berupa
menhir (untuk keperluan pemujaan), dakon (batu monolit), lesung batu
(untuk keperluan menumbuk dan membuat bahan makanan), batu dolang
(untuk
menyimpan air), dolmen (meja batu sebagai altar pemujaan), dan gua Codong. Ini
semua membuktikan adanya peradaban manusia di daerah ini sejak 3000 – 10.000
tahun lalu.
Hal ini
dituliskan dalam laporan penelitian pada tahun 1989 yang dilakukan oleh Ian
Caldweel dan David Bulback. Mereka meneliti arkeologi zaman pra kolonial di
wilayah Soppeng pada tahun 1986. Kedua mahasiswa jurusan Sejarah dan
Arkeologi dari Australian National University ini telah meneliti 12 situs di
bekas pusat kerajaan Soppeng untuk kelengkapan bahan disertasi PhD-nya.
30 kilometer
dari ibukota kabupaten terdapat berbagai rumah adat bergaya arsitektur Bugis,
Makassar, Mandar, Toraja Minang, dan Batak yang disebut Rumah Adat Sao Mario.
Rumah ini juga berfungsi sebagai museum yang menampung berbagai macam barang
antik bernilai tinggi antara lain meja, kursi, cermin, tempat tidur, senjata
tajam, batu-batu permata.
J.
WISATA AIR
DI SOPPENG
Pemandian
Ompo yang
terletak sekitar 10 kilometer dari kota Watansoppeng memiliki mata air alami
yang senantiasa mengisi kolam-kolam renangnya.
Pemandian
alam air panas LEJJA
Sumber: http://yousaytoo.com |
Pemandian alam air panas Lejja yang berada dalam
kawasan hutan lindung di Desa BuluE, Kecamatan Marioriawa, sekitar 44 kilometer
sebelah utara ibukota kabupaten.
Pemandangan
nan indah plus udara nan segar dilalui sepanjang tanjakan terjal menuju
pemandian ini. Obyek wisata ini dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai
seperti air bersih, listrik, areal parkir, jalan beraspal, guest house,
kolam berendam, lapangan tenis dan baruga wisata untuk pertemuan dengan daya
tampung 300 orang.
Ada pula Pemandian Alam Citta yang terletak di Desa Citta
Kecamatan Citta. Tempat wisata ini berjarak sekitar 35 kilometer sebelah timur
kota Watansoppeng. Di Citta, ada pemandangan berupa beberapa air terjun yang
menghiasi dinding tebing. Mengalir tenang, menimbulkan simfoni alam yang damai.
K.
PANORAMA
ALAM KHAS SOPPENG
1.
Legenda di
balik kalong
Ratusan ribu ekor burung kelelawar (kalong)
bergelantungan di ranting- ranting pohon asam. Kaki di tautkan di dahan
semntara kepala di biarkan molor ke bawah. Konon , Soppeng semenjak dahulu kala
memang terbilang negeri elok nan subur. Itu sebabnya tidak sulit untuk
memperoleh aneka jenis buah-buahan. Salah satu diantaranya yang paling banyak
tumbuh di daerah ini sampai sekarang, adalah buah jamelang (dalam bahasa bugis
disebut caloppeng). Jenis tanaman ini memeiliki buah dengan aroma yang harum
dan rasanya manis.
Alkisah, di abad ke 12,wilayah Pulau Jawa
(Bogor-Bandung) terserang musim paceklik. Tak ada lagi buah-buahan yang bisa
dimakan. Maka terbanglah rombongan kelelawar itu mencari makan,hingga daratan
Pulau Sulawesi. Setelah terbang ke sana ke mari, sampailah di suatu negeri
bernama Soppeng.
Berdasar latar sejarah, kalong di kota
Watansoppeng ternyata bukan sebatas sebuah pemandangan menawan, tapi menuai
setumpuk legenda. Terdapat cerita mistik tapi juga mengandung mitos. Mulai dari
soal jodoh, tanda-tanda musim, hingga pertanda kemungkinan datangnya musibah
dalam negeri.
Misalnya saja ceritera warga setempat tentang
soal jodoh. Dikisahkan, jika seorang pendatang lewat di bawah pohon, tiba-tiba
terkena kotoran kalong, itu pertanda sang pendatang bakal mendapatkan jodoh
orang setempat.
Begitu pula kisah lainnya soal kemungkinan
terjadinya musibah besar. Pernah suatu ketika kota Watansoppeng terbakar habis
dilalap si jago merah. Ataupun ketika kawanan musuh akkan menyerbu kota.
Seperti mengetahui lebih awal, beberapa hari sebelum petaka menimpa, kawanan
kelelawar sudah meninggalkan kota Watansoppeng.
Kisah menariknya lainnya ketika kemarau
panjang akan datang, kawanan kalong itu hijerah sementara. Sepanjang belum
pulang, hujan tetap enggan membasahi bumi Soppeng.
Dalam beberapa hal kelelawar juga kadang
memberi protes ketidaksetujuannya terhadap kebijakan pemerintah. Misalnya
kejadian di era tahun 80- an, rombongan kalong itu memprotes penebnagan salah
satu pohon besar di pusat kota
Saking marahnya, sampai-sampai pergi
meninggalkan Watansoppeng lebih dari 4 bulan. Kalau saja bukan karena jasa sang
pawang yang sengaja diminta untuk memanggilnya pulang, mungkin Soppeng tak lagi
jadi “ kota kalong” karena telah ditinggal selama-lamanya.
2.
Permandian
alam ompo
Letaknya tidak jauh dari Kota Soppeng,
sekitar 3 km ke arah utara wilayah kelurahan ompo,kecamatan lalabata. Sumber
air Pemandian Alam Ompo adalah dari celah bebatuan di sekitarnaya. Sumber air
ini selain mengalir ke kolam pemandian Ompo, juga sebagi sumber air minum
masyarakat Kota Soppeng yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Pemberian
nama Ompo kepada permandian ini lantaran lokasinya masuk dalam wilayah kelurahan
Ompo. Ompo dalam Bahasa Bugis berarti “terbit’. Pemandian alam Ompo tidak
sekadar dijadiakan sebagai tempat bermandi-mandi. Permandian ini telah menjadi
tempat kepercayaan masyarakat mengenai jodoh, kesembuhan, rezeki, dan karier.
Misalnya seorang pengunjung yang ingin mendapat jodoh, syaratnya sederhana
saja. Pengunjung itu menyelam, selanjutnya berusha mendapatkan sebuah batu di
dasr kolam kemudian menggigitnya membawa ke permukaan, selanjutnya mengikatnya
dengan sesuatu sambil bernazar, apabila nazarnya terkabul maka ia akan datang
lagi ke Permandian Ompo.
3.
Permandian
Lejja
Hutan lindung itu terletak di pinggang bukit.
Ditengah hutan lindung tersebut terdapat sebuah permandian alam yang disebut
Pemandian Air Panas Lejja. Pemandian Air Panas Lejja terletak di Desa Bulue,
Kecamatan Marioriawa, atau sekitar 44
kilometer utara Kota Soppeng.
Ada tiga
kolam air yang tersedia untuk pengunjung. Kolam pertama, berisi air yang
mencapai suhu 40 derajat Celcius dengan kadar belerang 1,5 %. Lebarnya
berdiameter 10 m. Kolam kedua berisi air hangat yang kadar suhu dan belerangnya
lebih rendah dari kolam pertama. Saran in dilengkapi tempat ganti pakaian bagi
pengunjung sebelu maupun sesudah.
Selain
ketiga kolam terdapat pula kolam VIP, diperuntukkan bagi mereka yang ingin
menikmati berendam air panas. Bagi pengunjung yang ingin menikmati suasana
lebih lama dapat bermalam. Terdapat 3 ques yang diperuntukkan bagi pengunjung
yang ingin menginap. Setiap quest house mempunyai nama tersendiri, seperti
Asoka, Mawar, dan Melati. Penginapan itu dirancang dengan arsitektur khas Bugis
(rumah panggung). Tiap unit disanggah dengan 14 batang tiang. Tinggi tiap rumah
sekitar 5 m dengan atap genteng. Sarana yang tersedia dalam guest house seperti
kamar tidur dengan satu spring bed, lemari hias, dan toilet.
Bagi mereka
yang ingin menjadikan Kawasn Wisata Lejja sebagai tempat pertemuan untuk
diskusi atau seminar, pengelola menyediakan sebuah aula besar yang bisa
menampung samapai 250 peserta. Ada pula sarana olahraga berupa lapangan tenis.
Pemandian yang memiliki ciri khas dengan air
paNasnya ini memang dikenal sebagai pemandian yang sulit dicari samanya.
Kehadirannya unik, selain dapat menyembukan berbagai penyakit, juga memberi
peluang bisnis bagi warga yang tinggal di sekitar. Lantaran itu sering terdengar komentar bahwa air panas Lejja,
bukan air panas biasa.
4.
Upacara
Maccera Tappareng di Danau Tempe
Danau Tempe tidak hanya di miliki kabupaten
Wajo. Sebagian Danau Tempe ini juga masuk dalam wilayah Kabupaten Soppeng dan
Kabupaten Sidrap. Pemandanganr Danau Tempe ini sangat menarik bila berada di
kampong Lajarella, Kelurahan Limpomajang, Kecamatan Marioriawa. Danau Tempe
merupakan tempat wisata yang menarik. Di Danaui ini dpa di saksikan panorama
alam yang indah dengan perahu tradisional, perahu tersebut adalah milik para
nelayan yang menangkap ikan di danau, karena banyak hidup ikan air tawar dengan
beragam jenis. Mulai dari mas sampai ikan gabus.
Di atas danau, dapat pula di saksikan
rumah-rumah terapung terbuat dari bamboo milik nelayan. Mereka hidup dan
tinggal di atas perahu. Mereka baru ke darat bila ada keperluan, seperti
menjual hasil tangkapan, membeli kebutuhan hidup sehari-hari. Setiap tahun di
bulan Juli, di adakan lomba perahu tradisional yang di rangkaikan dengan upacara
adat Maccera Tappareng.
5.
Pemandian
Alam Citta dan Pesta Adat
Letak permandianAlam Citta tepa di jantung
kota kecamatan Liliriaja atau sekitar 35 km ke arah timur kota Soppeng. Desa
Citta dengan mata airnya yang keluar melimpah kemudian ditampung dalam sebuah
kolam sehinnga menjadi sebuah pemandian alam yang banyak di kunjungi orang.
Permandian alam Citta ini telah menjadi salah satu objek wisata Kabupaten
Soppeng. Permandian Alam Citta banyak di
kunjungi wisatawan, terutama domestic. Airnya jernih dan sejuk menjadi satu
daya tarik sebuah perusahaan pengolahan air mineral, menjadikan air Citta
sebagai sumber air untuk di olah.
Dalam pesta adat rakyat Citta ini, ada
beberapa rangkaian acara. Dimulai dengan prosesi adat pemotongan hewan kurban,
pembersihan mata air Citta, dan penghanyutan kepala kerbau di saluran air.
6.
Rumah Adat
Sao Mario
Rumah Adat Sao Mario terletak di kelurahan
Manorang Salo, kecamatan Marioriawa. Dari kota Soppeng menuju arah utara sejauh
30 km poros jalan Soppeng – Pangkajene (sidrap).persis rumah adat itu berada di
batu-batu. Di rumah adar sao Mario ini, selain dapat di saksikan bentuk rumah
adat yang unik dan kharismatik, juga berbagai macam koleksi benda antic yang
bernilai tinngi.
Rumah adat berarsitektur bugis ini memiliki
100 tiang sebagai penyanggah kekokohannya. Lantaran itu sering disebut dalam
bahasa bugis Bola SeratuE.
Sao Mario merupakan museum berbagai etnis,
suku, jenis barang antic yang pernah ada di masa dahulu kala menjadi barang
langkah dan antic. Rumah adat ini telah menjadi museum berbagai jenis barang
antic seperti kursi, meja, tempat tidur, senjata tajam serta berbagai jenis
batu permata.
7.
Jera Lompoe
Makam Para Raja
Kabupaten Soppeng jauh sebelum masa
kemerdekaan RI adalah sebuah kerajaan. Bergantian raja memerintah secara turun
temurun. Salah satu makam kerajaan yang terletak dalam satu kompleks di sebut
Makam Jera Lompoe. Makam Jera Lompoe terletak di Kelurahan Bila, kecamatan
Lalabata sekitar 1 km sebelah utara ibu kota Kabupaten di makam ini di makamkan
raja-raja Soppeng, Luwu, dan Sidenreng. Mereka yang di makamkan di pekuburan
Jera Lompoe adalah mereka yang hidup di abad XVII.
8.
Makam
Kalokoe Watu
Di Desa Watu Toa, Kec. Marioriwawo, atau
sekitar 19 km arah selatan kota WatanSoppeng terdapat makam raja-raja yang
lain, mereka yang di makamkan di sini
adalah sejumlah raja dan keluarganya. Termasuk
ibunda raja Bone Arung Palakka (Petta MalampeE Gemmena) bernama We Tenri
Sui. Kompleks pemakaman ini terbuat dari batu. Nisan dan perkuburan di
kelilingi batu yang dibelah-belah.
Dengan mengunjungi kompleks makam Kalokoe
Watu akan menyaksikan sejarah pemakaman manusia masa lalu yang masih di
pengaruhi budaya animism dan dinamisme.
9.
Istana Datu
Soppeng
Wilayah kabuten Soppeng sebelum menjadi
sebuah kabupaten adalah sebuah kerajaan. Ini terbukti dengan adanya Kompleks
Istana Datu Soppeng. Kompleks Istana Datu Soppeng terleak di jantung kota
Soppeng. Kompleks ini di bangun pada masa pemerintahan raja Soppeng I
Latemmamala yang bergelar Petta Bakkae sekitar tahun 1261.
Dalam Kompleks Istana Datu Soppeng dapat
disaksikan bangunan berupa Bola RidiE. Penyebutan dengan istilah Bola RidiE
lantaran bangunan ini berwarna kuning. Didalamnya tersimpan berbagai jenis
atribut kerajaan seperti paying, keris, guci-guci upacara pelantikan raja dan
yang lainnya berhubungan dengan upacara ritual kerajaan
Selain itu ada pula bangunan yang disebut
Salassae. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat tinggal raja. Di bangunan
Salassae raja menjalankan pemerintahan, juga tempat tidur, makan, dan melakukan
pelantikan pembesar kerajaan. Salah satu bangunan yang memiliki cirri khas
adalah Menhir Latammapole. Bengunan ini sebagai tempat dilaksanakan pemberian
hukuman bagi mereka yang melakukan kesalahan atau pelanggaran hokum adat
kerajaan. Disini setiap hukuman di beri ganjaran berupa mengelilingi menhir
sebanyak tujuh kali.
10.
Villa
Yuliana
Sebagai wilayah yang pernah dijajah
pemerintahan Hindi Belanda, maka salah satu bentukpeninggalan penjajah adalah
dengan membangun sebuah villa. Villa ini diberi nama Villa Yuliana, sesuai nama
raja Belanda yang memeritah saat itu Ratu Yuliana. Letaknya persis berhadapan
dengan Kompleks Istana Datu Soppeng
Villa Yuliana di bangun oleh seorang arsitek
Belanda yang sengaja di datangkan dari negeri Belanda. Namun yang memerintahkan
pembangunan villa ini adalah C.A Krosen, sebagai Gubernur Hindia Belanda di
Sulawesi awal pembangunannya sekitar 1900 dan selesai lima tahun kemudian pada
tahun 1905.
11.
Situs Calio
Wilayah Kabupaten Soppeng tidak hanya kaya
dengan potensi wisata alam, juga peninggalan purba dapat di jumpai. Banyak
fosil yang telah di kumpulkan kemudian di simpan di museum yang diberi nama
Museum Situs Calio. Museum ini terletak di kampung Berrru, Kelurahan Ujung,
Kecamatan Lilirilau. Di museum Situs Calio dapat dilihat fosil vertebrata
seperti fosil yang berukuran raksasa seperti gajah, babi, dan kura-kura darat.
Fosil ini sebagian di temukan di lembah Walanae. Di duga fosil ini hasil
peninggalan kebudayaan Cabenge. Juga dapat disaksikan artefak manusia purba
seperti serpih batu yang berumur jutaan tahun.
J.
Warisan
Kerajaan dan Masyarakat Soppeng
1.
Bola Bodo ( Rumah Bentuk Joglo)
Rumah bentuk joglo (bola bodo) adalah model
atap rumah tanpa timpalaja. Rumah tersebut di kenal setelah Belanda menjajah
Soppeng tahun 1920 / 1945. Rumah beratap joglo (bola bodo) yang pertama
dibangun di Soppeng adalah Bola Ridi’E ( rumah istana Arajang). Kemudian
disusul beberapa kantor, rumah istana Datu Pattojo Salassa kepada distrik
liliriaja ( Datu Lompulle), istri Petta Pangulu H. A. Mahmud mantan BKDH
soppeng dan Salassana Sullewatang Lompulle Andi Page. Bangunan-bangunan tua yang
di bangun di akhir pemerintahan Belanda hamper semua beratap joglo meliputi
bangunan kantor dan rumah yang masih dapat dilihat di ibu kota WatanSoppeng
bentuk dan modelnya.
Bangunan beratap joglo tetap memiliki sejarah
yang sangat signifikan bagi daerah soppeng. Satu hal yang sangat signifikan
dipengaruhi arsitektur tersebut adalah unsure timpa laja sebagai pembeda rumah
bangsawan dan rakyat biasa mulai hilang karena pengaruh arsitektur joglo
tersebut. Perubahan tersebut sebenarnya sangat bermakna politis untuk merusak
nilai-nilai budaya dan sistim pemerintahan kerajaan. Perubahan tersebut di atas
merupakan implikasi iklim politik pada masa tersebut. Karena itu symbol
penguasa tertinggi pemerintahan Belanda yang menguasai wilayah Soppeng adalah
bangunan berlantai dua di puncak bukit kota WatanSoppeng, suatu tempat yang
lebih tinggi dari salassa Arajang dan Salassa Datu Soppeng, fenomena historis
tersebut yang merampas kekuasaan Arajang kerajaan soppeng.
2. Timpa Laja (
Bola Ridi’E)
Timpa laja adalah lambing, atau symbol yang
sebgaja di tempatkandi bubungan rumah panggung, lambing-lambang tersebut
membedakanrumah-rumah panggung penduduk. Timpa laja adalah symbol lembaga
kekuasaan di dalam wilayah kerajaan Soppeng. Timpa laja bertingkat-tingkat,
jumlahnya sari satu timpala laja, tiga timpa laja, tujuh timpa laja, dan yang
paling tinngi kekuasaannya adalah Sembilan tingkat. Timpa laja bagi orang Bugis
Makassar memiliki nilai kehormatan, timpa laja yang paling banyak tingkatannya
merupakan maklumat bahwa di rumah tersebut berpusat pemegang kekuasaan di dalam
negeri kekuatan Dewata Seuwae dan
kedaulatan di dalam negeri lambing Sembilan tingkat di sebut Salassa, dulu
dinamakan Langkana, di rumah itulah mulanya di huni oleh Tomanurung, dan
setelah Tomanurung mallajang ( lenyap), maka Arajanglah yang menngantikannya
berkuasa. Rumah yang memiliki timpa laja Sembilan tingkat ditempati oleh
Arajang dan semua benda-benda peralatannya
Istana kembar Kerajaan Soppeng terdiri dari
dua rumah bertimpa laja Sembilan susun dan satunya lima susun. Salassa tersebut
bernama Lamangade dan Lamangile. Nama tersebut menunnjukkan adanya hubungan
Sembilan dengan sistem pemerintah kerajaan Soppeng yang dinamakan Mangalle
Pasang dan Massorongmplo yang berate segala sesuatunya dari bawah dan segala
sesuatunya berasal dari atas.
3. Bassi
Banranga
Bassi sebuah senjata tradisional bertangkai
satu setenhgah meter, sehingga panjang menjadi dua meter dengan besi tajam
namanya tombak, tombak tradisional berujung satu runcing dan tajam makin
ditengah makin lebar dan tajam mencapai 30 atau 40. Senjata tersebut milik
masyarakat elit pada masa jamannya ( jaman pemerintahan kerajaan bugis).
Senjata-senjata tersebut di gunakan untuk berperang sebelum banyak senjata
api,orang dahulu berperang mamakai tombak dan keris, tombak untuk berperang
yang digunakan dengan jarak dua meter, sedang keris digunakan jarak
dekat.pengguna tombak bagi yang memiliki keterampilan pencat silat atau main
tongkat, tombak juga digunakan untuk bela diri.
Bassi banranga tersebut dijadikan lambing
sesudah belanda berkuasa di kerajaan Soppeng, dan tombak itu menyertai
pelantikan raja ketika Mallamung Patu sebagai lambing kekuasaan sesudah
penjajahan Belanda, tombak semacam itu ada dibeberapa kerajaan di Sulawesi
menjadi lambing jabatan raja.
4.
Koleksi
Tenunan
Konon di Salassa Arajang (bola ridi’E)
tersimpan banyak koleksi tenunan hasil kerajaan rakyat yang berasal dari awal
ketika di gunakan cara celup dengan bahan pewarna dari daun-daunan. Bahan alami
ini sekarang telah berkurang dan di gantikan dengan pewarna kimia produksi
pabrik. Saat ini bahan pewarna alami masih di gunakan oleh masyarakat mandar (
mamuju) untuk kain sutra Mandar, dan di Kajang masyarakat menggunakan warna
hitam dari bahan alami untuk pewara kain.
L.
BENTUK
RUMAH ADAT DAERAH SOPPENG
VI. Metode Pembelajaran: Demonstrasi
Model Pembelajaran : Picture and Picture
VII. Sumber/Media Pembelajaran :
2.
Video tentang Ciri Khas Daerah Soppeng
VIII. Proses Belajar-Mengajar atau
Skenario Pembelajaran
A.
PENDAHULUAN
Kegiatan
|
Waktu
|
1.Berdoa
2.Absensi
3.
Apersepsi
4 Guru Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
|
15 Menit
|
B.
INTI
Kegiatan
|
Waktu
|
1) Guru meminta Siswa untuk menyebutkan beberapa suku yang ada di
Makassar.
2) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok sesuai dengan asal daerah
masing-masing dalam hal ini,Kelompok yang terbentuk yaitu
kelompok yang berasal dari
Toraja,Mandar,Bugis,Makassar.
3) Setiap
kelompok masing-masing berdiskusi tentang ciri Khas daerahnya.
4) Untuk
Penampilan Pertama,Guru menunjuk perwakilan kelompok Siswa yang berasal dari
Soppeng untuk Menceritakan Sejarah kelahiran Kota
Soppeng dengan bahasa yang mudah dipahami.
5) Kelompok yang
lain memperhatikan penjelasan Kelompok yang tampil.
6) Siswa Menampilkan Video tentang Ciri Khas Daerah Soppeng (Makanan,Bentuk Rumah,Tempat
Permandian atau Tempat Rekreasi di daerah setempat)
7) Guru meminta Kelompok yang lain(Toraja,Mandar,Makassar) untuk tampil
di depan kelas secara bergantian menceritakan Ciri Khas masing-masing
daerahnya.
8) Guru
memberikan Penilaian terhadap masing-masing kelompok yang sudah tampil di
Depan Kelas.
|
40 Menit
|
C. PENUTUP
Kegiatan
|
Waktu
|
1. Guru Menyimpulkan
Materi Pelajaran.
2.
Memberikan Nasihat
3. Berdoa
dan Pulang.
|
15 Menit
|
IX. Penilaian
1.
Teknik Penilaian : ..............................................................................................
2.
Bentuk Instrumen : ..............................................................................................
3.
Instrumen : ..............................................................................................
4.
Kunci Jawaban : ..............................................................................................
5.
Pedoman Penskoran : ..............................................................................................
Mengetahui: Makassar,
24 April 2013
Instruktur Guru Mata Pelajaran,
...................................... .................................................
NIA NAMA & No. Peserta