Powered By Blogger

Minggu, 26 Januari 2014

RPP PPKN "Kearifan Lokal Daerah Soppeng "


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan           :  SD/MI
Mata Pelajaran                   :  Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Semester                  :  III/2
Materi Pembelajaran       :  Kearifan Lokal
Alokasi Waktu                    :  2 X 35 Menit
____________________________________________________________________________

I.    Standar Kompetensi   :
4. Memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia
II.   Kompetensi Dasar       :
4.1 Mengenal kekhasan bangsa Indonesia, seperti kebhinekaan, kekayaan alam, keramahtamahan
III.  Indikator                        
A.   Kognitif
1.    Produk       : Menyebutkan beberapa Suku yang ada di Makassar.
2.    Proses        : Menyebutkan Ciri Khas Daerah Soppeng.
B.    Psikomotor   :
1.      Menceritakan Sejarah kelahiran Kota Soppeng dengan bahasa yang mudah dipahami
2.      Menampilkan Video tentang Ciri Khas Daerah Soppeng
(Makanan,Bentuk Rumah,Tempat Permandian atau Tempat Rekreasi di daerah setempat)

C.    Afektif
1. Karakter
     a. Disiplin
b. Tanggung jawab

2. Keterampilan sosial:
a.       Menyumbangkan ide atau berpendapat,
b.      Menjadi pendengar yang baik,
c.       Berkomunikasi
IV. Tujuan Pembelajaran: 
A.   Kognitif
1.      Produk        :  Siswa mampu  menyebutkan beberapa Suku yang ada di Makassar.
2.      Proses         :  Siswa mampu  Menyebutkan Ciri Khas Daerah Soppeng.

B.   Psikomotor :
1.      Siswa mampu Menceritakan Sejarah kelahiran Kota Soppeng dengan bahasa yang mudah dipahami.
2.      Siswa mampu Menampilkan Video tentang Ciri Khas Daerah Soppeng
(Makanan,Bentuk Rumah,Tempat Permandian atau Tempat Rekreasi di daerah setempat)

C.   Afektif
1.      Karakter:
a.       Disiplin
b.      Tanggung jawab,
2.      Keterampilan sosial:
a.       Menyumbangkan ide atau berpendapat,
b.      Menjadi pendengar yang baik,
c.       Berkomunikasi.





















V. Materi Ajar:  Kearifan Lokal

 SEJARAH KABUPATEN SOPPENG

I. PENDAHULUAN
Pengungkapan hari jadi Soppeng sangat besar arti dan maknanya, baik bagi generasi saat ini maupun generasi mendatang, sehingga mereka dapat memahami dan mengetahui kejayaan masyarakat Soppeng pada masa lalu, sebagai acuan dalam membangun masa depan yang lebih baik.

II. ASAL MULA NAMA SOPPENG
Asal mula nama Soppeng para pakar dan budayawan belum ada kesepakatan bahwa dalam sastra bugis tertua I LAGALIGO telah tertulis nama kerajaan Soppeng yang berbunyi :
“ IYYANAE SURE PUADA ADAENGNGI TANAE RI SOPPENG, NAWALAINNA SEWO-GATTARRENG, NONI MABBANUA TAUWE RI SOPPENG, NAIYYA TAU SEWOE IYANARO RI YASENG TAU SOPPENG RIAJA, IYYA TAU GATTARENGNGE IYANARO
RIASENG TAU SOPPENG RILAU.
Berdasarkan naskah lontara tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk tanah Soppeng mulanya datang dari dua tempat yaitu sewo dan Gattareng.

III. PENGANGKATAN DATU PERTAMA KERAJAAN SOPPENG
Didalam lontara tertulis bahwa jauh sebelum terbentuknya Kerajaan Soppeng telah ada kekuasaan yang mengatur jalannya Pemerintahan yang berdasarkan kesepakatan 60 Pemuka Masyarakat, hal ini dilihat dari jumlah Arung, Sullewatang, Paddanreng, dan Pabbicara yang mempunyai daerah kekuasaan sendiri yang dikoordini olih LILI-LILI. Namun suatu waktu terjadi suatu musim kemarau disana sini timbul huru-hara, kekacauan sehingga kemiskinan dan kemelaratan terjadi dimana-mana olehnya itu 60 Pemuka Masyarakat bersepakat untuk mengangkat seorang junjungan yang dapat mengatasi semua masalah tersebut. Tampil Arung Bila mengambil inisiatif mengadakan musyawarah besar yang dihadiri 30 orang matoa dari Soppeng Riaja dan 30 orang Matoa dari Soppeng Rilau, sementara musyawarah berlangsung, seekor burung kakak tua terbang mengganggu diantara para hadirin dan Arung Bila memerintahkan untuk menghalau burung tersebut dan mengikuti kemana mereka terbang. Burung Kakak Tua tersebut akhirnya sampai di Sekkanyili dan ditempat inilah ditemukan seorang berpakaian indah sementara duduk diatas batu, yang bergelar Manurungnge Ri Sekkanyili atau LATEMMAMALA sebagai pemimpin yang diikuti dengan IKRAR, ikrar tersebut terjadi antara LATEMMAMALA dengan rakyat Soppeng.

Demikianlah komitmen yang lahir antara Latemmamala dengan rakyat Soppeng, dan saat itulah Latemmamala menerima pengangkatan dengan Gelar DATU SOPPENG, sekaligus sebagai awal terbentuknya Kerajaan Soppeng, dengan mengangkat Sumpah di atas Batu yang di beri nama “ LAMUNG PATUE” sambil memegang segenggam padi dengan mengucapkan kalimat yang artinya “isi padi tak akan masuk melalui kerongkongan saya bila berlaku curang dalam melakukan Pemerintahan selaku Datu Soppeng ”.

IV. PERUMUSAN HARI JADI SOPPENG
Soppeng yang memiliki sejarah cemerlang dimasa lalu, dengan memperhatikan berbagai masukan agar penempatan Hari Jadi Soppeng, diadakan seminar karena kurang tepat bila dihitung dari saat dimulainya Pelaksanaan Undang-undang Darurat Nomor 04 Tahun 1957, sebab jauh sebelumnya didalam lontara, Soppeng telah mengenal sistem Pemerintahan yang Demokrasi dibawah kepemimpinan Raja dan Datu. Maka dilaksanakanlah Seminar Sehari pada Tanggal 11 Maret 2000, yang dihadiri oleh para pakar, Budayawan, Seniman, Ahli Sejarah, Tokoh Masyarakat, AlimUlama, Generasi Muda dan LSM, dimana disepakati bahwa hari Jadi Soppeng dimulai sejak Pemerintahan TO MANURUNGNGE RI SEKKANYILI atau LATEMMAMALA tahun 1261, berdasarkan perhitungan dengan menggunakan BACKWARD CONTING, dan mengusulkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Soppeng untuk dibahas dalam Rapat Paripurna dan mengesahkan untuk dijadikan salam suatu Peraturab Daerah tentang Hari Jadi Soppeng.

V. PENETAPAN HARI JADI SOPPENG
Dari hasil rapat Paripurna Dewan perwakilan Rakyat Daerah kabupaten Soppeng, Tanggal 12 Maret 2001 telah menetapkan dan mengesahkan suatu Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng, Nomor 09 Tahun 2001, Tanggal 12 Maret 2001, bahwa Hari Jadi Soppeng Jatuh pada Tanggal 23 Maret 1261. Ringkasan arti dari pemakaian Hari jadi Soppeng yakni angka 2 dan angka 3, karena angka tersebut mempunyai makna sejarah dan filosofi sebagai berikut :
1.      Angka 2 menunjukkan :
a.       Dua ke Datuan yakni Soppeng Rilau dan Soppeng Riaja.
b.      Dua Tomanurung yaitu : TOMANURUNG RI SEKKANYILI DAN TO MANURUNG RI GORIE.
c.       Dua Cakkelle/Burung Kakaktua yang memperebutkan setangkai padi, yang merupakan petunjuk para matoa yangbermusyawarah mengatasi krisi kelaparan, akhirnya menemukan Tomanurungnge RI SEKKANYILI
d.      Dua Pegangan hidup yaitu kejujuran dan keadilan.
e.       Dua hal yang tidak bisa dihindari yaitu nasib dan takdir.
f.        Dua tanranna namaraja tanaE
-          Seorang pemimpin harus jujur dan pintar
2.     Angka 3 menunjukkan :
a.       adanya perjanjian 3 kerajaan yaitu : Bone, Soppeng dan Wajo yang dikenal dengan Tellu PoccoE.
b.      Taring Tellu Menunjukkan tempat bertumpu yang sangat kuat dan stabil.
c.       TELLU RIALA SAPPO, yaitu TAUE RIDEWATAE, TAUE RI WATAKKALE, TAUE RI PADATTA RUPA TAU.
d.       TELLU EWANGENNA LEMPUE, yaitu kejujuran, kebenaran dan keteguhan.

3.     Angka Dua Tellu bermakna :
a.       Dua Tellu bermakna antara lain murah reski.
b.      Dua temmasarang, artinya Allah dan hambanya tidak pernah berpisah
c.       Tellu temmalaiseng, artinya Allah Malaikat dan hamba selalu bersama-sama.
d.      Tellu Dua Macciranreng, Tellu- Tellu Tea Pettu bermakna berpintal dua sangat rapu, berpintal tiga tidak akan putus.
e.       Mattulu Parajo Dua Siranreng teppettu sirangreng.
Marutte Parajo, Mattulu Tellu Tempettu Silariang, bermakna tidak saling membohongi, nanti akan putus jika putus bersama.
4.      Dipilihnya bulan tiga atau maret Karena :
a.      Bulan Terbentuknya Kabupaten Soppeng
b.     Bulan Pelaksanaan Seminar hari Jadi Soppeng.
c.      selain itu angka dua atau tiga juga bermakna :
- jika angka 2 + 3 = 5 yang berarti :
ü  makna kata dalam huruf karawi lambing Daerah yaitu ADE, RAPANG, WARI, BICARA,SARA
ü  Rukun Islam
jika angka 2 X 3 = 6 yang bermakna : Rukun Islam
ü  Pancasila
5.      Dipilihnya tahun 1261 adalah menggunakan BACKWARD COUNTING, yaitu pemerintahan Datu Soppeng pertama TAU MANURUNGNGE RI SEKKANYILI atau LATEMMAMALA pada tahun 1261. sehingga dengan demikian hari jadi Soppeng
ditetapkan pada tanggal 23 Maret 1261.








A.    SEJARAH SOPPENG.

Kota soppeng adalah provinsi sulawesi selatan letak kabupaten soppeng di daerah sunai walanae yang terdiri dari daratan dan perbukitan.kota soppeng adalah kota kecil pernah terdapat dalam buku lontara tentang raja-raja yang memerintah sampai berakhir nya daerah swapraja.sudah ada yang memimpin daerah kekuasaan tersebut ,dulu pemerintahan di daerah soppeng berbentuk demokrasi karena atas keputusan warga di daerah soppeng,namun waktu dulu daerah soppeng merupakan daerah kerajaan-kerajaan kecil.setelah kerajaan soppeng terbentuk kemudian di sebut distrikvdi zaman pemerintahan belanda.

B.    MAKNA LOGO SOPPENG


Dalam pembentukan pemerintahan pertama burung kakatua di gambarkan sebagai pembawa berita atau pembawa keberuntungan sehingga di temukan raja pertama kabupaten daerah soppeng dari dahuluadalah daerah agraris menyebabkan rakyat di daerah soppeng makmur dan dapat mengekspor bahan pangan seperti beras,jagung,kedelai begitu pun tanaman-tanaman seperti tembakau dan bawang.

Ø  ”karawi” adalah hiasan yang di gantungdi dadanya biasa di berikan ukir-ukiran berupa azimat.
Ø  lukisan dari tengah krawi merupakan bergambar bunga yang bertajuk lima,melambangkan azimat kabupaten soppeng.lukisan pinggi krawi merupakan kata bahasa daerah yang diam bil dari kalimat berbunyi: Eppamua parajai Tanah,Iyami Naripagenne Lima Rirapimami Asellenge Naritambaina Koritu Sara.

Ø  Ade: maknanya keselarasan guna kebaikan umum

Ø  Rappang:maknanya hukum

Ø  Bicara: maknanya mufakat kepada yang bernilai tinggi atau peradilan

Ø  Wari :maknanya pembatasan untuk ketegasan batas-batas dan kedudukan tiap sesuatu

Ø  Sara : maknanya hukum agama


C.     MAKNA SEMBOYANG SOPPENG



Semboyang ini berasal dari kalimat masyarakat kepada pucuk kepemimpinan pemerintahan di kala pembentukan nya.di daerah soppeng di kenal sebagai daerah kelelawar. Dulu waktu tahun 1945 di daerah soppeng ini masih berbentuk kearajaan dan di daerah soppeng tersubut belum ada kelelawar,yg ada Cuma burung kakatua kepala kuning.di daerah tersebut sangat banyak lah burung kakatua dan konon burung kakatua tersebut pembawa keberuntungan,konon setiap burung kakatua melintasi daerah kota soppeng mereka akan menjatuhkan benih-benih padi.maka di sebut lah kota soppeng sebagai lumbung padi,berkat burung kakatua tersebut maka lambang dari daerah soppeng tersebut adalah lambang burung kakatua.jadi sebab itu maka kota soppeng di sebut sebagai kota makmur.





D.     SELAYANG PANDANG KOTA SOPPENG.
Watan Soppeng adalah salah satu kota kabupaten tercantik di Provinsi Sulawesi Selatan. Suasana di dalam kota tampak teduh, karena hampir semua ruas  jalan dipenuhi oleh pohon asam dan jenis pohon lainnya yang berjejer di sisi  kiri dan kanan jalan. Kota  kecil dan berhawa sejuk ini berada di pegunungan dengan ketinggian 200 meter di  atas permukaan laut.
Menurut catatan sejarah, sebagaimana tertulis  dalam Lontara Bugis (tulisan kuno orang Bugis), Kota Soppeng  merupakan bekas kota kerajaan masa lampau yang memiliki wilayah kekuasaan dan pengaruh yang cukup  luas. Di kota ini terdapat komplek Istana Raja (Datu) Soppeng yang dibangun oleh I Latemmamala  yang bergelar Petta Bakkae pada tahun 1261 M. Di dalam komplek tersebut terdapat sejumlah bangunan, di antaranya: Bola RidiE (Rumah Kuning), yaitu  tempat penyimpanan benda-benda atribut Kerajaan Soppeng; SalassaE, yaitu bekas Istana Datu Soppeng; dan Menhir Latammapole, yaitu tempat melaksanakan hukuman bagi para pelanggar adat. Di kota  ini juga terdapat komplek makam Jera LompoE dan KalokoE Watu.
Di dalam komplek makam Jera LompoE terdapat makam Raja-raja (Datu) Soppeng, Luwu dan Sidrap pada abad XVII. Sementara di dalam komplek KalokoE Watu terdapat  makam We Tenri Sui, ibu kandung Arung Palakka.
E.     KEISTIMEWAAN
Kota Watan Soppeng memiliki keunikan yang sangat mengagumkan, sehingga ia dijuluki sebagai “Kota Kalong” atau “Kota  Pekalongan” (bukan nama kota  yang ada di Pulau Jawa). Pengunjung jangan terkejut ketika memasuki jantung Kota Watan Soppeng, karena akan mencium bau khas yang sangat menyengat hidung. Bau  khas itu tidak lain adalah bau kalong atau kelelawar. Bau kalong tersebut akan semakin menyengat jika pengunjung berada tepat di bawah pohon tempat para kalong  tersebut bergelantungan.
Menjelang malam, kalong-kalong  tersebut terbang meninggalkan pepohonan untuk mencari makan. Saat kalong-kalong  yang jumlahnya ribuan tersebut terbang, langit seakan tertutup oleh bayangan  hitam. Kawanan kalong tersebut akan kembali ke pepohonan pada subuh hari dengan suara gemuruh seakan membangunkan warga Kota Soppeng untuk segera melaksanakan  shalat subuh dan melakukan aktivitas sehari-hari
Tidak seorang pun penduduk yang tahu  persis kapan tepatnya kalong-kalong tersebut mulai bersarang di atas pepohonan yang  berjejer di ruas-ruas jalan Kota Watan Soppeng. Masyarakat hanya meyakini bahwa  keberadaan kalong yang mirip tikus tersebut sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.  Lebih dari itu, mereka juga meyakini bahwa kalong-kalong tersebut merupakan  “penjaga” kota Watan  Soppeng. Bahkan, mereka sangat percaya bahwa kalong-kalong tersebut menjadi  pertanda dan pemberi informasi tentang sesuatu yang baik dan buruk yang akan  terjadi di kota  ini.
Jika kalong-kalong tersebut pergi meninggalkan Kota Watan Soppeng dalam  waktu yang lama, maka itu sebagai pertanda bahwa akan terjadi bencana yang  menimpa masyarakat dan kota  tersebut.
Terbakarnya Pasar Sentral Soppeng  pada tahun 1990 diyakini oleh masyarakat setempat merupakan akibat dari  ditebangnya pohon besar yang menjadi tempat tinggal raja atau pemimpin kalong  tersebut. Sejak peristiwa itu, masyarakat setempat tidak pernah lagi mengusik  keberadaan satwa tersebut. Untuk mengembalikan kawanan kalong tersebut  membutuhkan waktu yang cukup lama. Kawanan kalong tersebut baru akan kembali jika  masyarakat setempat mengadakan upacara khusus yang dirangkaikan dengan penyembelihan  beberapa ekor kerbau.
Ada juga mitos yang berkembang di  kalangan masyarakat Soppeng bahwa jika seorang pengunjung terkena kotoran  kalong-kalong tersebut, maka ia akan mendapatkan gadis atau pemuda Kota Watan Soppeng. 
F.     LOKASI
Kota Watan Soppeng merupakan ibu kota Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.
G.    AKSES
Kota Watan Soppeng terletak 150  kilometer di sebelah utara Kota Makassar. Dari Kota Makassar, perjalanan  ditempuh selama 4 – 5 jam dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan  umum berupa mobil panther atau kijang, dengan tarif sekitar Rp. 40.000,-. Per-orang.

H.   Akomodasi dan Fasilitas
Di Kota Watan Soppeng tersedia  berbagai macam fasilitas, seperti warung makan, restoran, penginapan, wiswa,  motel, hotel, dan villa. Selain itu, juga terdapat Masjid Raya Soppeng yang  berdiri dengan megah dan indah tepat di jantung kota, yang tak jauh dari pepohonan tempat kawanan kalong tersebut bergelantungan
I.        SOPPENG DALAM SEJARAH

                                                                        Wisma Juliana



Penataan bangunan di kota ini seperti kontur tanahnya yang tak rata. Bisa jadi bangunan di sebelah kanan jalan terletak lebih tinggi dari jalan sementara bangunan di sebelah kiri jalan terletak lebih rendah. Tengok saja villa Juliana (mess Tinggi) yang dibangun pada tahun 1905 ini letaknya lebih tinggi dari ruas jalan Merdeka. Bangunan tua ini termasuk peninggalan bersejarah. Villa ini dahulu digunakan sebagai kediaman resmi pemerintah kolonial.

Begitu pun makam kuno Jera’ LompoE. Di sana terdapat makam para raja (datu) Soppeng, Luwu, dan Sidrap pada abad XVII, mengunjunginya berarti bukan hanya melihat makam-makam tua nan dingin tetapi juga menikmati hangatnya pemandangan indah di sekitarnya.

Berdasarkan catatan sejarah kuno dalam lontarak Bugis, kota ini dahulu adalah kota kerajaan yang memiliki pengaruh luas. Di kota ini terdapat kompleks istana raja (datu) Soppeng yang dibangun oleh I Latemmamala  yang bergelar Petta Bakkae pada tahun 1261 M.
Di dalam komplek tersebut terdapat sejumlah bangunan, di antaranya: Bola RidiE (Rumah Kuning), yaitu  tempat penyimpanan benda-benda atribut Kerajaan Soppeng, SalassaE, yaitu bekas Istana Datu Soppeng; dan Menhir Latammapole, yaitu tempat melaksanakan hukuman bagi para pelanggar adat. Selain Jera’ LompoE, ada pula pemakaman KalokoE Watu, di sini terdapat  makam We Tenri Sui, ibu kandung Arung Palakka.

Satu hal mengenai sejarah Soppeng yang membuat daerah ini menjadi sangat unik adalah ditemukannya bukti-bukti sejarah berupa sejumlah bangunan dan situs berupa  menhir (untuk keperluan pemujaan), dakon (batu monolit), lesung batu (untuk keperluan menumbuk dan membuat bahan makanan), batu dolang
(untuk menyimpan air), dolmen (meja batu sebagai altar pemujaan), dan gua Codong. Ini semua membuktikan adanya peradaban manusia di daerah ini sejak 3000 – 10.000 tahun lalu.

Hal ini dituliskan dalam laporan penelitian pada tahun 1989 yang dilakukan oleh Ian Caldweel dan David Bulback. Mereka meneliti arkeologi zaman pra kolonial di wilayah Soppeng pada tahun 1986. Kedua  mahasiswa jurusan Sejarah dan Arkeologi dari Australian National University ini telah meneliti 12 situs di bekas pusat kerajaan Soppeng untuk kelengkapan bahan disertasi PhD-nya.

30 kilometer dari ibukota kabupaten terdapat berbagai rumah adat bergaya arsitektur Bugis, Makassar, Mandar, Toraja Minang, dan Batak yang disebut Rumah Adat Sao Mario. Rumah ini juga berfungsi sebagai museum yang menampung berbagai macam barang antik bernilai tinggi antara lain meja, kursi, cermin, tempat tidur, senjata tajam, batu-batu permata.

-
Makam Datu Mari-Mari

Beberapa makam kuno

Pahatan batu yang unik

Rumput dan tanaman Jera' LompoE tertata rapi


J.       WISATA AIR DI SOPPENG

Pemandian Ompo yang terletak sekitar 10 kilometer dari kota Watansoppeng memiliki mata air alami yang senantiasa mengisi kolam-kolam renangnya.
Pemandian alam Ompo
Sumber: http://budpar-soppeng.cc.cc

Pemandian alam air panas LEJJA
Sumber:
http://yousaytoo.com

Pemandian alam Citta
Sumber: http://wisatadisulawesi.blogspot.com/2011/01/pemandian-alam-citta.htm

Citta
Sumber: http://wisatadisulawesi.blogspot.com/2011/01/pemandian-alam-citta.htm


Pemandian alam air panas Lejja yang berada dalam kawasan hutan lindung di Desa BuluE, Kecamatan Marioriawa, sekitar 44 kilometer sebelah utara ibukota kabupaten.
Pemandangan nan indah plus udara nan segar dilalui sepanjang tanjakan terjal menuju pemandian ini. Obyek wisata ini dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai seperti air bersih, listrik, areal parkir, jalan beraspal, guest house, kolam berendam, lapangan tenis dan baruga wisata untuk pertemuan dengan daya tampung 300 orang.

Ada pula Pemandian Alam Citta yang terletak di Desa Citta Kecamatan Citta. Tempat wisata ini berjarak sekitar 35 kilometer sebelah timur kota Watansoppeng. Di Citta, ada pemandangan berupa beberapa air terjun yang menghiasi dinding tebing. Mengalir tenang, menimbulkan simfoni alam yang damai.













K.    PANORAMA ALAM KHAS SOPPENG
1.        Legenda di balik kalong
Ratusan ribu ekor burung kelelawar (kalong) bergelantungan di ranting- ranting pohon asam. Kaki di tautkan di dahan semntara kepala di biarkan molor ke bawah. Konon , Soppeng semenjak dahulu kala memang terbilang negeri elok nan subur. Itu sebabnya tidak sulit untuk memperoleh aneka jenis buah-buahan. Salah satu diantaranya yang paling banyak tumbuh di daerah ini sampai sekarang, adalah buah jamelang (dalam bahasa bugis disebut caloppeng). Jenis tanaman ini memeiliki buah dengan aroma yang harum dan rasanya manis.
Alkisah, di abad ke 12,wilayah Pulau Jawa (Bogor-Bandung) terserang musim paceklik. Tak ada lagi buah-buahan yang bisa dimakan. Maka terbanglah rombongan kelelawar itu mencari makan,hingga daratan Pulau Sulawesi. Setelah terbang ke sana ke mari, sampailah di suatu negeri bernama Soppeng.
Berdasar latar sejarah, kalong di kota Watansoppeng ternyata bukan sebatas sebuah pemandangan menawan, tapi menuai setumpuk legenda. Terdapat cerita mistik tapi juga mengandung mitos. Mulai dari soal jodoh, tanda-tanda musim, hingga pertanda kemungkinan datangnya musibah dalam negeri.
Misalnya saja ceritera warga setempat tentang soal jodoh. Dikisahkan, jika seorang pendatang lewat di bawah pohon, tiba-tiba terkena kotoran kalong, itu pertanda sang pendatang bakal mendapatkan jodoh orang setempat.
Begitu pula kisah lainnya soal kemungkinan terjadinya musibah besar. Pernah suatu ketika kota Watansoppeng terbakar habis dilalap si jago merah. Ataupun ketika kawanan musuh akkan menyerbu kota. Seperti mengetahui lebih awal, beberapa hari sebelum petaka menimpa, kawanan kelelawar sudah meninggalkan kota Watansoppeng.
Kisah menariknya lainnya ketika kemarau panjang akan datang, kawanan kalong itu hijerah sementara. Sepanjang belum pulang, hujan tetap enggan membasahi bumi Soppeng.
Dalam beberapa hal kelelawar juga kadang memberi protes ketidaksetujuannya terhadap kebijakan pemerintah. Misalnya kejadian di era tahun 80- an, rombongan kalong itu memprotes penebnagan salah satu pohon besar di pusat kota
Saking marahnya, sampai-sampai pergi meninggalkan Watansoppeng lebih dari 4 bulan. Kalau saja bukan karena jasa sang pawang yang sengaja diminta untuk memanggilnya pulang, mungkin Soppeng tak lagi jadi “ kota kalong” karena telah ditinggal selama-lamanya.




2.        Permandian alam ompo
      Letaknya tidak jauh dari Kota Soppeng, sekitar 3 km ke arah utara wilayah kelurahan ompo,kecamatan lalabata. Sumber air Pemandian Alam Ompo adalah dari celah bebatuan di sekitarnaya. Sumber air ini selain mengalir ke kolam pemandian Ompo, juga sebagi sumber air minum masyarakat Kota Soppeng yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Pemberian nama Ompo kepada permandian ini lantaran lokasinya masuk dalam wilayah kelurahan Ompo. Ompo dalam Bahasa Bugis berarti “terbit’. Pemandian alam Ompo tidak sekadar dijadiakan sebagai tempat bermandi-mandi. Permandian ini telah menjadi tempat kepercayaan masyarakat mengenai jodoh, kesembuhan, rezeki, dan karier. Misalnya seorang pengunjung yang ingin mendapat jodoh, syaratnya sederhana saja. Pengunjung itu menyelam, selanjutnya berusha mendapatkan sebuah batu di dasr kolam kemudian menggigitnya membawa ke permukaan, selanjutnya mengikatnya dengan sesuatu sambil bernazar, apabila nazarnya terkabul maka ia akan datang lagi ke Permandian Ompo.

3.        Permandian Lejja
Hutan lindung itu terletak di pinggang bukit. Ditengah hutan lindung tersebut terdapat sebuah permandian alam yang disebut Pemandian Air Panas Lejja. Pemandian Air Panas Lejja terletak di Desa Bulue, Kecamatan Marioriawa, atau sekitar 44  kilometer utara Kota Soppeng.
Ada tiga kolam air yang tersedia untuk pengunjung. Kolam pertama, berisi air yang mencapai suhu 40 derajat Celcius dengan kadar belerang 1,5 %. Lebarnya berdiameter 10 m. Kolam kedua berisi air hangat yang kadar suhu dan belerangnya lebih rendah dari kolam pertama. Saran in dilengkapi tempat ganti pakaian bagi pengunjung sebelu maupun sesudah.
Selain ketiga kolam terdapat pula kolam VIP, diperuntukkan bagi mereka yang ingin menikmati berendam air panas. Bagi pengunjung yang ingin menikmati suasana lebih lama dapat bermalam. Terdapat 3 ques yang diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin menginap. Setiap quest house mempunyai nama tersendiri, seperti Asoka, Mawar, dan Melati. Penginapan itu dirancang dengan arsitektur khas Bugis (rumah panggung). Tiap unit disanggah dengan 14 batang tiang. Tinggi tiap rumah sekitar 5 m dengan atap genteng. Sarana yang tersedia dalam guest house seperti kamar tidur dengan satu spring bed, lemari hias, dan toilet.
Bagi mereka yang ingin menjadikan Kawasn Wisata Lejja sebagai tempat pertemuan untuk diskusi atau seminar, pengelola menyediakan sebuah aula besar yang bisa menampung samapai 250 peserta. Ada pula sarana olahraga berupa lapangan tenis.

Pemandian yang memiliki ciri khas dengan air paNasnya ini memang dikenal sebagai pemandian yang sulit dicari samanya. Kehadirannya unik, selain dapat menyembukan berbagai penyakit, juga memberi peluang bisnis bagi warga yang tinggal di sekitar. Lantaran itu sering  terdengar komentar bahwa air panas Lejja, bukan air panas biasa.

4.        Upacara Maccera Tappareng di Danau Tempe
Danau Tempe tidak hanya di miliki kabupaten Wajo. Sebagian Danau Tempe ini juga masuk dalam wilayah Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Sidrap. Pemandanganr Danau Tempe ini sangat menarik bila berada di kampong Lajarella, Kelurahan Limpomajang, Kecamatan Marioriawa. Danau Tempe merupakan tempat wisata yang menarik. Di Danaui ini dpa di saksikan panorama alam yang indah dengan perahu tradisional, perahu tersebut adalah milik para nelayan yang menangkap ikan di danau, karena banyak hidup ikan air tawar dengan beragam jenis. Mulai dari mas sampai ikan gabus.
Di atas danau, dapat pula di saksikan rumah-rumah terapung terbuat dari bamboo milik nelayan. Mereka hidup dan tinggal di atas perahu. Mereka baru ke darat bila ada keperluan, seperti menjual hasil tangkapan, membeli kebutuhan hidup sehari-hari. Setiap tahun di bulan Juli, di adakan lomba perahu tradisional yang di rangkaikan dengan upacara adat Maccera Tappareng.

5.        Pemandian Alam Citta dan Pesta Adat
Letak permandianAlam Citta tepa di jantung kota kecamatan Liliriaja atau sekitar 35 km ke arah timur kota Soppeng. Desa Citta dengan mata airnya yang keluar melimpah kemudian ditampung dalam sebuah kolam sehinnga menjadi sebuah pemandian alam yang banyak di kunjungi orang. Permandian alam Citta ini telah menjadi salah satu objek wisata Kabupaten Soppeng. Permandian Alam Citta  banyak di kunjungi wisatawan, terutama domestic. Airnya jernih dan sejuk menjadi satu daya tarik sebuah perusahaan pengolahan air mineral, menjadikan air Citta sebagai sumber air untuk di olah.
Dalam pesta adat rakyat Citta ini, ada beberapa rangkaian acara. Dimulai dengan prosesi adat pemotongan hewan kurban, pembersihan mata air Citta, dan penghanyutan kepala kerbau di saluran air.

6.        Rumah Adat Sao Mario
Rumah Adat Sao Mario terletak di kelurahan Manorang Salo, kecamatan Marioriawa. Dari kota Soppeng menuju arah utara sejauh 30 km poros jalan Soppeng – Pangkajene (sidrap).persis rumah adat itu berada di batu-batu. Di rumah adar sao Mario ini, selain dapat di saksikan bentuk rumah adat yang unik dan kharismatik, juga berbagai macam koleksi benda antic yang bernilai tinngi.
Rumah adat berarsitektur bugis ini memiliki 100 tiang sebagai penyanggah kekokohannya. Lantaran itu sering disebut dalam bahasa bugis  Bola SeratuE.
Sao Mario merupakan museum berbagai etnis, suku, jenis barang antic yang pernah ada di masa dahulu kala menjadi barang langkah dan antic. Rumah adat ini telah menjadi museum berbagai jenis barang antic seperti kursi, meja, tempat tidur, senjata tajam serta berbagai jenis batu permata.
7.        Jera Lompoe Makam Para Raja
Kabupaten Soppeng jauh sebelum masa kemerdekaan RI adalah sebuah kerajaan. Bergantian raja memerintah secara turun temurun. Salah satu makam kerajaan yang terletak dalam satu kompleks di sebut Makam Jera Lompoe. Makam Jera Lompoe terletak di Kelurahan Bila, kecamatan Lalabata sekitar 1 km sebelah utara ibu kota Kabupaten di makam ini di makamkan raja-raja Soppeng, Luwu, dan Sidenreng. Mereka yang di makamkan di pekuburan Jera Lompoe adalah mereka yang hidup di abad XVII.
8.        Makam Kalokoe Watu
Di Desa Watu Toa, Kec. Marioriwawo, atau sekitar 19 km arah selatan kota WatanSoppeng terdapat makam raja-raja yang lain,  mereka yang di makamkan di sini adalah sejumlah raja dan keluarganya. Termasuk  ibunda raja Bone Arung Palakka (Petta MalampeE Gemmena) bernama We Tenri Sui. Kompleks pemakaman ini terbuat dari batu. Nisan dan perkuburan di kelilingi batu yang dibelah-belah.
Dengan mengunjungi kompleks makam Kalokoe Watu akan menyaksikan sejarah pemakaman manusia masa lalu yang masih di pengaruhi budaya animism dan dinamisme.
9.        Istana Datu Soppeng
Wilayah kabuten Soppeng sebelum menjadi sebuah kabupaten adalah sebuah kerajaan. Ini terbukti dengan adanya Kompleks Istana Datu Soppeng. Kompleks Istana Datu Soppeng terleak di jantung kota Soppeng. Kompleks ini di bangun pada masa pemerintahan raja Soppeng I Latemmamala yang bergelar Petta Bakkae sekitar tahun 1261.
Dalam Kompleks Istana Datu Soppeng dapat disaksikan bangunan berupa Bola RidiE. Penyebutan dengan istilah Bola RidiE lantaran bangunan ini berwarna kuning. Didalamnya tersimpan berbagai jenis atribut kerajaan seperti paying, keris, guci-guci upacara pelantikan raja dan yang lainnya berhubungan dengan upacara ritual kerajaan
Selain itu ada pula bangunan yang disebut Salassae. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat tinggal raja. Di bangunan Salassae raja menjalankan pemerintahan, juga tempat tidur, makan, dan melakukan pelantikan pembesar kerajaan. Salah satu bangunan yang memiliki cirri khas adalah Menhir Latammapole. Bengunan ini sebagai tempat dilaksanakan pemberian hukuman bagi mereka yang melakukan kesalahan atau pelanggaran hokum adat kerajaan. Disini setiap hukuman di beri ganjaran berupa mengelilingi menhir sebanyak tujuh kali.
10.   Villa Yuliana
Sebagai wilayah yang pernah dijajah pemerintahan Hindi Belanda, maka salah satu bentukpeninggalan penjajah adalah dengan membangun sebuah villa. Villa ini diberi nama Villa Yuliana, sesuai nama raja Belanda yang memeritah saat itu Ratu Yuliana. Letaknya persis berhadapan dengan Kompleks Istana Datu Soppeng
Villa Yuliana di bangun oleh seorang arsitek Belanda yang sengaja di datangkan dari negeri Belanda. Namun yang memerintahkan pembangunan villa ini adalah C.A Krosen, sebagai Gubernur Hindia Belanda di Sulawesi awal pembangunannya sekitar 1900 dan selesai lima tahun kemudian pada tahun 1905.
11.   Situs Calio
Wilayah Kabupaten Soppeng tidak hanya kaya dengan potensi wisata alam, juga peninggalan purba dapat di jumpai. Banyak fosil yang telah di kumpulkan kemudian di simpan di museum yang diberi nama Museum Situs Calio. Museum ini terletak di kampung Berrru, Kelurahan Ujung, Kecamatan Lilirilau. Di museum Situs Calio dapat dilihat fosil vertebrata seperti fosil yang berukuran raksasa seperti gajah, babi, dan kura-kura darat. Fosil ini sebagian di temukan di lembah Walanae. Di duga fosil ini hasil peninggalan kebudayaan Cabenge. Juga dapat disaksikan artefak manusia purba seperti serpih batu yang berumur jutaan tahun.

J.        Warisan Kerajaan  dan Masyarakat Soppeng
1.            Bola Bodo ( Rumah Bentuk Joglo)
Rumah bentuk joglo (bola bodo) adalah model atap rumah tanpa timpalaja. Rumah tersebut di kenal setelah Belanda menjajah Soppeng tahun 1920 / 1945. Rumah beratap joglo (bola bodo) yang pertama dibangun di Soppeng adalah Bola Ridi’E ( rumah istana Arajang). Kemudian disusul beberapa kantor, rumah istana Datu Pattojo Salassa kepada distrik liliriaja ( Datu Lompulle), istri Petta Pangulu H. A. Mahmud mantan BKDH soppeng dan Salassana Sullewatang Lompulle Andi Page. Bangunan-bangunan tua yang di bangun di akhir pemerintahan Belanda hamper semua beratap joglo meliputi bangunan kantor dan rumah yang masih dapat dilihat di ibu kota WatanSoppeng bentuk dan modelnya.
Bangunan beratap joglo tetap memiliki sejarah yang sangat signifikan bagi daerah soppeng. Satu hal yang sangat signifikan dipengaruhi arsitektur tersebut adalah unsure timpa laja sebagai pembeda rumah bangsawan dan rakyat biasa mulai hilang karena pengaruh arsitektur joglo tersebut. Perubahan tersebut sebenarnya sangat bermakna politis untuk merusak nilai-nilai budaya dan sistim pemerintahan kerajaan. Perubahan tersebut di atas merupakan implikasi iklim politik pada masa tersebut. Karena itu symbol penguasa tertinggi pemerintahan Belanda yang menguasai wilayah Soppeng adalah bangunan berlantai dua di puncak bukit kota WatanSoppeng, suatu tempat yang lebih tinggi dari salassa Arajang dan Salassa Datu Soppeng, fenomena historis tersebut yang merampas kekuasaan Arajang kerajaan soppeng.



2.      Timpa Laja ( Bola Ridi’E)
Timpa laja adalah lambing, atau symbol yang sebgaja di tempatkandi bubungan rumah panggung, lambing-lambang tersebut membedakanrumah-rumah panggung penduduk. Timpa laja adalah symbol lembaga kekuasaan di dalam wilayah kerajaan Soppeng. Timpa laja bertingkat-tingkat, jumlahnya sari satu timpala laja, tiga timpa laja, tujuh timpa laja, dan yang paling tinngi kekuasaannya adalah Sembilan tingkat. Timpa laja bagi orang Bugis Makassar memiliki nilai kehormatan, timpa laja yang paling banyak tingkatannya merupakan maklumat bahwa di rumah tersebut berpusat pemegang kekuasaan di dalam negeri  kekuatan Dewata Seuwae dan kedaulatan di dalam negeri lambing Sembilan tingkat di sebut Salassa, dulu dinamakan Langkana, di rumah itulah mulanya di huni oleh Tomanurung, dan setelah Tomanurung mallajang ( lenyap), maka Arajanglah yang menngantikannya berkuasa. Rumah yang memiliki timpa laja Sembilan tingkat ditempati oleh Arajang dan semua benda-benda peralatannya
Istana kembar Kerajaan Soppeng terdiri dari dua rumah bertimpa laja Sembilan susun dan satunya lima susun. Salassa tersebut bernama Lamangade dan Lamangile. Nama tersebut menunnjukkan adanya hubungan Sembilan dengan sistem pemerintah kerajaan Soppeng yang dinamakan Mangalle Pasang dan Massorongmplo yang berate segala sesuatunya dari bawah dan segala sesuatunya berasal dari atas.

3.      Bassi Banranga
Bassi sebuah senjata tradisional bertangkai satu setenhgah meter, sehingga panjang menjadi dua meter dengan besi tajam namanya tombak, tombak tradisional berujung satu runcing dan tajam makin ditengah makin lebar dan tajam mencapai 30 atau 40. Senjata tersebut milik masyarakat elit pada masa jamannya ( jaman pemerintahan kerajaan bugis). Senjata-senjata tersebut di gunakan untuk berperang sebelum banyak senjata api,orang dahulu berperang mamakai tombak dan keris, tombak untuk berperang yang digunakan dengan jarak dua meter, sedang keris digunakan jarak dekat.pengguna tombak bagi yang memiliki keterampilan pencat silat atau main tongkat, tombak juga digunakan untuk bela diri.
Bassi banranga tersebut dijadikan lambing sesudah belanda berkuasa di kerajaan Soppeng, dan tombak itu menyertai pelantikan raja ketika Mallamung Patu sebagai lambing kekuasaan sesudah penjajahan Belanda, tombak semacam itu ada dibeberapa kerajaan di Sulawesi menjadi lambing jabatan raja.



4.           Koleksi Tenunan
Konon di Salassa Arajang (bola ridi’E) tersimpan banyak koleksi tenunan hasil kerajaan rakyat yang berasal dari awal ketika di gunakan cara celup dengan bahan pewarna dari daun-daunan. Bahan alami ini sekarang telah berkurang dan di gantikan dengan pewarna kimia produksi pabrik. Saat ini bahan pewarna alami masih di gunakan oleh masyarakat mandar ( mamuju) untuk kain sutra Mandar, dan di Kajang masyarakat menggunakan warna hitam dari bahan alami untuk pewara kain.
L.      BENTUK RUMAH ADAT DAERAH SOPPENG


VI.  Metode Pembelajaran:  Demonstrasi
        Model Pembelajaran : Picture and Picture
VII. Sumber/Media Pembelajaran :
1.      Internet (www.google.Sejarah Kota Soppeng.com  )
2.      Video tentang Ciri Khas Daerah Soppeng




VIII.  Proses Belajar-Mengajar atau Skenario Pembelajaran
A.     PENDAHULUAN

Kegiatan
Waktu
1.Berdoa
2.Absensi
3. Apersepsi
4  Guru Menyampaikan Tujuan Pembelajaran






15 Menit

B.     INTI

Kegiatan
Waktu
1)     Guru meminta Siswa untuk menyebutkan beberapa suku yang ada di Makassar.

2)     Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok sesuai dengan asal daerah masing-masing dalam hal ini,Kelompok yang terbentuk yaitu
kelompok yang berasal dari Toraja,Mandar,Bugis,Makassar.

3)     Setiap kelompok masing-masing berdiskusi tentang ciri Khas daerahnya.

4)     Untuk Penampilan Pertama,Guru menunjuk  perwakilan kelompok Siswa yang berasal dari Soppeng untuk Menceritakan Sejarah kelahiran Kota Soppeng dengan bahasa yang mudah dipahami.

5)     Kelompok yang lain memperhatikan penjelasan Kelompok yang tampil.
6)     Siswa Menampilkan Video tentang Ciri Khas Daerah Soppeng (Makanan,Bentuk Rumah,Tempat Permandian atau Tempat Rekreasi di daerah setempat)
7)     Guru meminta Kelompok yang lain(Toraja,Mandar,Makassar) untuk tampil di depan kelas secara bergantian menceritakan Ciri Khas masing-masing daerahnya.
8)     Guru memberikan Penilaian terhadap masing-masing kelompok yang sudah tampil di Depan Kelas.













40 Menit


C.      PENUTUP

Kegiatan
Waktu
1. Guru  Menyimpulkan Materi Pelajaran.
2. Memberikan Nasihat
3. Berdoa dan Pulang.

15  Menit

IX. Penilaian
1.      Teknik Penilaian         : ..............................................................................................         
2.      Bentuk Instrumen      : ..............................................................................................
3.      Instrumen                    : ..............................................................................................
4.      Kunci Jawaban            : ..............................................................................................
5.      Pedoman Penskoran  : ..............................................................................................
Daftar Pustaka                    : (www.google.Sejarah Kota Soppeng.com  )

            Mengetahui:                                                               Makassar, 24 April 2013

              Instruktur                                                                      Guru Mata Pelajaran,
                                 
           ......................................                                                                      .................................................
           NIA                                                                                     NAMA & No. Peserta